:)

Zikrullah Photobucket http://memyselfanis.files.wordpress.com/2010/07/380103_298x412.gif

Sahabat Maya

" Kebimbangan terhadap hal-hal keduniaan itu menggelapkan hati manakala kebimbangan terhadap hal-hal akhirat itu adalah menyinarkan hati "

Sabtu, 31 Julai 2010

:::Cerita Ummi : Kisah Ghulam (Budak) dan Raja:::


Kisah Ghulam (Budak) dan Raja

Jauh sepeninggalan Nabi Musa AS,

Bani Israil semakin jauh dari tuntutan

yang diajar oleh Nabi Musa AS.

Mereka bergelumang dalam

kemaksiatan dan kekafiran.

Lalu Allah SWT

telah menguasakan ke atas diri mereka

orang-orang yang zalim dan bengis

tidak berperikemanusiaan.

Kisah ini disebutkan dalam sebuah hadis

sebagai kisah pemuda dan raja,

atau kisah ghulam.

Ia juga diceritakan secara ringkas

di dalam al-Quran di dalam Surah Al-Buruj.

Ibnu Abbas mengatakan bahawa

kisah ini berlaku 70 tahun

sebelum kedatangan

Nabi Muhammad SAW.



Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya,

pada Kitab Az-Zuhd war Raqa`iq,

bab Qishshah Ashhabil Ukhdud (no. 3005),

dari Shuhaib bin Sinan RA,

bahawa Rasulullah SAW

bersabda (yang ertinya):


Pada zaman dahulu,

sebelum masa kamu semua

ada seorang raja,

dia mempunyai seorang tukang sihir.

Ketika tukang sihir ini sudah semakin tua,

dia berkata kepada raja tersebut:


"Aku sudah tua,

carikan untukku seorang pemuda remaja

yang akan saya ajarkannya ilmu sihir."



Maka raja itupun

mencari seorang pemuda

untuk diajarkan ilmu sihir.

Untuk pemuda itu,

di jalan yang dilaluinya

(menuju tukang sihir setiap hari) itu

ada seorang rahib (ahli ibadah).

Lalu dia duduk di majlis rahib tersebut,

mendengarkan ajarannya dan ternyata

huraian tersebut menakjubkannya.

Akhirnya,

setiap kali dia mendatangi tukang sihir itu,

dia singgah di majlis si rahib dan duduk di sana.





Kemudian,

setelah dia menemui tukang sihir itu,

dia dipukul oleh tukang sihir tersebut

(kerana sampai lewat).

Pemuda itupun mengadukan

keadaannya kepada si rahib.

Kata si rahib:


Kalau engkau takut kepada si tukang sihir,

katakan kepadanya:

‘Aku ditahan oleh keluargaku.’

Dan jika engkau takut kepada keluargamu,

katakan kepada mereka:

‘Aku ditahan oleh tukang sihir itu’.




Ketika dia dalam keadaan demikian,

datanglah seekor binatang besar

yang menghalang laluan orang ramai.

Pemuda itu berkata:




"Hari ini saya akan tahu,

tukang sihir itu yang lebih utama atau si rahib."

Diapun mengambil seketul batu dan berkata:





"Ya Allah,

kalau ajaran si rahib itu

lebih Engkau cintai daripada ajaran tukang sihir itu,

maka bunuhlah binatang ini

agar manusia dapat melalui (jalan ini)."





Lalu pemuda itu melemparkan batunya

hingga membunuh binatang itu.

Akhirnya orang ramai dapat melalui

semula jalan

(yang terhadang itu).





Kemudian pemuda itu

menemui si rahib dan menceritakan apa yang berlaku.

Si rahib berkata kepadanya:



"Wahai anakku,

hari ini engkau lebih baik daripadaku.

Kedudukanmu sudah sampai

pada tahap yang aku lihat ketika ini.

Sesungguhnya engkau tentu akan menerima ujian.

Maka apabila engkau ditimpa satu ujian,

janganlah engkau menceritakan tentang diriku."





Pemuda itupun akhirnya

(dengan ilmu dan izin Allah SWT)

mampu mengubati orang yang dilahirkan

dalam keadaan buta, sopak (belang) dan

mengubati orang ramai dari pelbagai penyakit.

Berita ini sampai ke telinga

seorang pembesar raja

yang buta matanya.

Diapun menemui pemuda itu

dengan membawa hadiah yang banyak

lalu berkata:




"Semua hadiah yang ada di sini

adalah untuk engkau,

saya kumpulkan,

kalau engkau dapat menyembuhkan saya

(dari kebutaan ini)."




Anak muda itu menjawab:



"Sesungguhnya,

saya tidak dapat menyembuhkan sesiapapun.

Tetapi yang menyembuhkan itu adalah

Allah SWT.

Kalau engkau beriman kepada Allah SWT,

saya doakan kepada Allah SWT,

tentu Dia

menyembuhkan engkau."




Pembesar raja itupun beriman


kepada Allah SWT, lalu Allah SWT


menyembuhkannya.


Kemudian dia menemui sang raja


dan duduk bersamanya seperti biasa.


Raja itu berkata kepadanya:





"Siapakah yang mengembalikan semula matamu?"


Dia menjawab:


"Rabbku."


Raja itu bertanya semula (dengan marah):



"Apa kamu punya tuhan selain aku?"


Orang itu berkata:



"Rabbku dan Rabbmu adalah Allah SWT."


Raja itupun menangkapnya dan menyiksanya


tanpa henti sehingga dia


menunjukkan si pemuda tadi.


Akhirnya si pemuda ditangkap dan dibawa


ke hadapan raja tersebut.





Raja itu berkata:





"Wahai anakku,



telah sampai kepadaku kehebatan sihirmu


yang dapat menyembuhkan buta,


sopak dan kamu berbuat ini serta itu."




Pemuda itu berkata:




"Sesungguhnya saya tidak dapat



menyembuhkan sesiapapun.



Tapi yang menyembuhkan itu


adalah Allah SWT."



Raja itu menangkapnya dan terus menerus



menyiksanya sehingga dia memberitahu



tentang si rahib.



Akhirnya si rahib ditangkap dan dihadapkan



kepada raja dan dipaksa:




"Keluarlah dari agamamu!."



Si rahib menolak.



Raja itu minta dibawakan sebuah gergaji,



lalu diletakkan di atas kepala



si rahib dan mulailah kepala itu



digergaji hingga terbelah dua.



Kemudian diseret pula



pembesar raja tersebut,



dan dipaksa pula untuk



kembali murtad dari keyakinannya.



Tapi dia menolak.



Akhirnya



kepalanya digergaji juga



hingga terbelah dua.



Kemudian pemuda itu



dihadapkan kepada raja dan diapun dipaksa:





"Keluarlah kamu dari keyakinanmu."




Pemuda itu menolak.



Akhirnya raja itu



memanggil para perajuritnya:




"Bawa dia ke gunung ini dan itu,



dan naiklah.



Apabila kamu sudah sampai di puncak,



kalau dia mahu beriman (bawa dia pulang).



Kalau dia tidak mahu,



lemparkan dia dari atas."






Merekapun membawa pemuda itu



ke gunung yang ditunjuk.



Si pemuda pun berdoa:





"Ya Allah,

lepaskan aku dari mereka

dengan apa yang Engkau kehendaki."





Seketika gunung itu

bergetar dan merekapun terpelanting jatuh.

Pemuda itu datang berjalan kaki

menemui sang raja.

Raja itu berkata:


"Apa yang dilakukan para pengawalmu itu?"

Kata si pemuda:

"Allah SWT menyelamatkanku dari mereka."

Kemudian raja itu

menyerahkan si pemuda

kepada beberapa perajurit lain lalu berkata:

"Bawa dia dengan kapal ke tengah laut.

Kalau dia mahu keluar dari keyakinannya,

(bawa dia pulang),

kalau tidak lemparkan dia ke laut."



Merekapun membawanya ke tengah laut.

Si pemuda berdoa lagi:



"Ya Allah,

lepaskan aku dari mereka

dengan apa yang Engkau kehendaki."





Perahu itu karam dan mereka pun tenggelam.

Sedangkan si pemuda berjalan dengan tenang

menemui sang raja.

Raja itu berkata:

"Apa yang dilakukan para pengawalmu itu?"

Kata si pemuda:

"Allah SWT menyelamatkanku dari mereka."

Pemuda itu meneruskan lagi:

"Sesungguhnya engkau tidak akan dapat

membunuhku sehingga engkau melakukan

apa yang kuperintahkan."

Sang raja bertanya:

"Apa itu?"

Kata si pemuda:

"Kau kumpulkan seluruh manusia di satu tempat,

kau salib aku di sebatang pohon dan ambil

sebatang panah dari bekas panahku

kemudian letakkan pada sebuah busur

lalu ucapkanlah:

Bismillah Rabbil ghulam

(Dengan nama Allah, Rabb si pemuda)

dan tembaklah aku dengan panah tersebut.

Kalau engkau melakukannya

nescaya engkau akan dapat membunuhku.”


Raja itupun mengumpulkan

seluruh manusia di satu tempat

dan menyalib si pemuda, kemudian

mengeluarkan anak panah dari

kantung si pemuda lalu meletakkannya

pada sebuah busur dan berkata:

"Bismillahi Rabbil ghulam",

kemudian dia melepaskan panah itu

dan tepat mengenai pelipis si pemuda.





Darah meluncur laju dan si pemuda

segera meletakkan tangannya di pelipisnya

dan diapun mati syahid.

Serta merta orang ramai yang melihatnya

segera berkata:




"Kami beriman kepada Rabb si pemuda.

Kami beriman kepada Rabb si pemuda.

Kami beriman kepada Rabb si pemuda
."






Raja itupun didatangi

pengikutnya dan diceritakan kepadanya:

"Apakah anda sudah melihat,

apa yang anda khuatirkan

demi Allah sudah terjadi.

Orang ramai sudah beriman (kepada Allah)."



Lalu raja itu memerintahkan

agar digali parit-parit besar

dan dinyalakan api di dalamnya.

Raja itu berkata:

"Siapa yang tidak mahu keluar dari keyakinannya,

bakarlah hidup-hidup dalam parit itu

(campakkan ke dalamnya)."

Merekapun melakukannya,

sampai akhirnya diseret

seorang wanita

yang sedang mengendong bayinya.

Wanita itu berundur

(melihat api yang bernyala-nyala)

khuatir terjatuh ke dalamnya

(kerana sayang kepada bayinya).

Tapi bayi itu berkata kepada ibunya:



"
Wahai ibunda, bersabarlah,

kerana sesungguhnya

engkau di atas al-haq
."



Allah SWT

menceritakan kisah ini juga

dalam Kitab-Nya yang mulia dalam

Surat Al-Buruj:


وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ. وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ. وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ.

قُتِلَ أَصْحَابُ اْلأُخْدُودِ. النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ. إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ.

وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ.

وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلاَّ أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ.

الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ.

إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ



Demi langit

yang mempunyai gugusan bintang,

dan hari yang dijanjikan,

dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.

Binasa dan terlaknatlah

orang-orang yang membuat parit.

Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,

ketika mereka duduk di sekitarnya,

sedang mereka menyaksikan

apa yang mereka perbuat

terhadap orang-orang yang beriman.

Dan mereka tidak menyiksa

orang-orang mukmin itu

melainkan kerana

orang-orang mukmin itu

beriman kepada

Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,

Yang mempunyai kerajaan

langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan

segala sesuatu.

Sesungguhnya orang-orang

yang mendatangkan cubaan

kepada orang-orang yang mukmin

laki-laki dan perempuan

kemudian mereka tidak bertaubat,

maka bagi mereka

azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka)

yang membakar
.”


[Al-Buruj: 1-10]




Itulah kisah yang Allah SWT
ceritakan dalam Kitab-Nya yang mulia
agar menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang datang selepas mereka.




~~~~~~Pengajaran~~~~~~



Beberapa faedah dari kisah ini,
di samping apa yang telah
dihuraikan sebelumnya ialah:




1. Belajar di waktu muda
lebih mudah untuk menangkap pelajaran dan memahami.
Inilah alasan tukang sihir itu
memilih remaja daripada yang sudah tua.
Demikianlah yang dituntut oleh para ulama kita,
hingga sebahagian mereka mengatakan:
"Belajar di waktu muda bagai mengukir di atas batu,
dan belajar di waktu tua bagai mengukir di atas air."






2. Kemenangan dakwah bukan hanya
diukur dari banyaknya orang yang mengikut da’ie
di saat dia masih hidup.
Boleh jadi setelah dia meninggal dunia,
orang ramai mulai menyedari kebenaran
yang disampaikannya.





3. Termasuk sebuah kemenangan adalah
ketika seorang mukmin lebih memilih api
yang membakar dirinya daripada
hilangnya keimanan yang ada dalam dada.
Inilah yang terlihat dari seorang wanita
yang lemah dengan bayinya yang masih dalam buaian.
Wanita itu merasa hiba kalau anaknya ikut terbakar,
tapi Allah SWT
jadikan anak bayi itu mampu berkata-kata
menasihati ibunya agar tetap kukuh
di atas keimanannya.





4. Sifat Rahmat Allah SWT,
di saat begitu hebatnya kekejaman orang-orang kafir
terhadap orang-orang yang beriman,
di mana mereka dengan tanpa perikemanusiaan
membakar hidup-hidup orang ramai
yang menyatakan diri mereka beriman,
Allah SWT masih memberikan kesempatan
bagi orang-orang kafir itu
untuk bertaubat.





5. Ayat ini merupakan salah satu
dari sekian hiburan (tasliyah) bagi
umat Nabi Muhammad SAW,
yang Al-Quran ini turun di tengah-tengah mereka,
bahawasanya kepahitan dan penderitaan
yang mereka alami bukanlah sesuatu yang baru.
Kekejaman dan penindasan
terhadap kaum mukminin
sudah terjadi di masa-masa
para Nabi dan Rasul sebelum
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.





Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Apakah kamu mengira bahwa kamu
akan masuk surga,
padahal belum datang kepadamu (cubaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka
dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cubaan)
sehingga berkatalah
Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’
Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

[Al-Baqarah: 214]





6. Di antara buah keimanan yang
jujur dan kukuh
ialah jauh dari sifat tertipu dengan
keadaan diri sendiri.
Perhatikanlah ucapan si pemuda remaja itu.
Bukan dia yang menyembuhkan
penyakit atau kebutaan,
tapi Allah SWT yang
menyembuhkan dan mengembalikan
kebutaan seseorang.
Tidak selayaknya orang yang berilmu
menisbahkan nikmat Allah SWT
yang dirasakannya kepada diri mereka sendiri.
Seolah-olah semua yang diperolehnya
adalah kerana
kepintaran dan kecekapannya.





7. Allah SWT mengabulkan doa
orang yang sedang tersepit dalam kesulitan
jika dia berdoa kepada-Nya.
Maka apabila seorang yang sedang dalam kesulitan,
pohonlah sesuatu kepada Allah SWT
dengan penuh keyakinan,
pasti Allah SWT
mengabulkan permintaannya.





8. Di samping sebagai hiburan bagi kaum mukminin,
ayat ini juga merupakan
ancaman dan peringatan
bagi orang-orang musyrik dan kafir
di manapun mereka berada.
Allah Maha menyaksikan
apa yang mereka perbuat
terhadap orang-orang yang beriman.
Kalau Allah SWT tidak membalas
perbuatan mereka itu di dunia ini,
maka sesungguhnya
balasan yang setimpal
akan mereka dapatkan di akhirat,
di saat mereka akhirnya
merasakan panasnya jahannam dan siksaan
yang membakar,
sebagaimana yang dahulu
mereka lakukan terhadap kaum mukminin di dunia.
Oleh sebab itu,
hendaklah orang-orang
yang mengaku dirinya beriman
bersabar dengan kesempitan dan kepahitan
yang mereka alami di dunia ini.




Wallahua'lam




Khamis, 29 Julai 2010

::Cahaya Muka Nabi s.a.w::



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLv806IybKnILagina_FahGOVf9q9EKFjSpkttW9OoGJZ54TNwd07Y-V3Xj-OHRjOw1G0xczt5iUMxrairplnuQK9rmrvv52YXHygn0wobS3Ch_L56VMT3YeIR1EUP6zZwqUU5g22HANoF/s1600/2mata.jpg



::Cahaya muka Nabi s.a.w::



Telah diriwayatkan

daripada Siti Aishah

bahawa ia telah berkata :

"Sedang aku menjahit baju

pada waktu sahur (sebelum subuh)

maka jatuhlah jarum daripada tanganku,

tiba-tiba kebetulan lampu pun padam,

lalu masuklah Rasulullah s.a.w.





Ketika itu juga

aku dapat mengutip jarum itu

kerana cahaya wajahnya,

lalu aku berkata,




"Hai Rasulullah .

Alangkah bercahayanya wajahmu!





Seterusnya aku bertanya:




" Siapakah yang tidak akan

melihatmu pada hari kiamat?"





Jawab Rasulullah :



"Orang yang bakhil."




Aku bertanya lagi :




"Siapakah orang yang bakhil itu?"




Jawab baginda :




"Orang yang

ketika disebut namaku

di depannya,

dia tidak mengucap selawat

ke atasku."






Berkata Al-Barra' r.a.

bahawa Nabi s.a.w. bersabda:





"Segala doa itu terdinding

(terhalang untuk dikabulkan)

daripada langit sehingga orang

yang berdoa itu

mengucapkan selawat untuk

Muhammad dan keluarga Muhammad."





Diriwayatkan oleh Abu Na'im

di dalam kitab 'Al-Hilyah'

bahawa seorang lelaki lalu

di sisi Nabi s.a.w.

dengan membawa seekor kijang

yang ditangkapnya,

lalu Allah Taala

(Yang berkuasa menjadikan

semua benda-benda bercakap)

telah menjadikan kijang

itu bercakap kepada Nabi s.a.w. :





"Hai Pesuruh Allah,

Sesungguhnya aku ada

mempunyai beberapa ekor anak

yang masih menyusu,

dan sekarang aku sudah ditangkap

sedangkan mereka sedang kelaparan,

oleh itu

haraplah perintahkan orang ini

melepaskan aku supaya aku

dapat menyusukan anak-anakku itu

dan sesudah itu aku akan balik ke mari."




Bersabda Rasulullah s.a.w.




" Bagaimana kalau engkau

tak balik ke mari semula?"





Jawab kijang itu:




"Kalau aku tidak balik ke mari,

nanti Allah Taala akan melaknatku

sebagaimana Ia melaknatkan

orang yang tidak mengucapkan selawat

bagi engkau apabila disebut

nama engkau disisinya."





Lalu Nabi s.a.w. pun bersabda

kepada orang itu :




"Lepaskan kijang itu

buat sementara waktu dan aku

jadi penjaminnya."




Kijang itu pun dilepaskan dan kemudian

ia kembali ke situ semula.

Maka

turunlah malaikat Jibril a.s. dan berkata :




"Hai Muhammad,

Allah Taala mengucapkan salam

kepada engkau dan Ia (Allah)berfirman:

" Demi KemuliaanKu dan KehormatanKu,

sesungguhnya Aku lebih kasihkan

umat Muhammad daripada kijang itu

kasihkan anak- anaknya dan Aku

akan kembalikan mereka kepada engkau

sebagaimana kijang itu

kembali kepada engkau."







Alhamdulillah......

Perbanyakkan bersyukur dan berselawat

kerana kita tergolong dalam umat Muhammad.






Hai orang-orang yang beriman,


masuklah ke dalam Islam secara


keseluruhannya, dan janganlah kamu


turut langkah-langkah syaitan,


Sesungguhnya


syaitan itu


musuh yang nyata bagimu



(Surah Al-Baqarah ayat : 208)

Ahad, 18 Julai 2010

Kelebihan Sya'ban Dan Nisfu Sya‘ban


Kelebihan bulan Sya`ban.


(Dari Kitab Kelebihan Rejab,

Sya`ban, Ramadhan, Ustaz Budiman Radhi)



1. Sabda Nabi s.a.w bermaksud:

Apabila masuk bulan sya`ban,

baikkanlah niatmu padanya,

kerana kelebihan sya`ban atas segala bulan

seperti kelebihanku atas kamu.

(Al-hadis)





2. Barangsiapa berpuasa sehari

pada bulan sya`ban,

diharamkan Allah tubuhnya dari api neraka .

Dia akan menjadi teman nabi

Allah Yusuf a.s. di dalam syurga.

Diberi pahala oleh Allah

seperti pahala nabi Allah Ayob a.s

dan nabi Daud a.s.

Jika dia sempurnakan puasanya

sebulan bulan sya`ban,

dimudahkan Allah atasnya sakratul maut

dan ditolakkan (terlepas)

daripadanya kegelapan di dalam kubur,

dilepaskan daripada huruhara Munkar dan Nakir,

ditutup Allah keaibannya di hari Qiamat,

dan

diwajibkan Syurga baginya.

(Al-hadis)




3. Barangsiapa berpuasa

pada awal hari Khamis

pada bulan sya`ban dan akhir Khamis

daripada sya`ban,

dimasukkan dia ke dalam Syurga.

(Al-hadis dari kitab Al barkah).




4. Berkata Siti A`isyah r.a.h,

bulan yang lebih dikasihi

oleh Rasullullah s.a.w

ialah bulan Sya`ban.




5. Sabda Nabi s.a.w:

Sya`ban adalah bulanku,

dan Ramadhan adalah bulan umatku.

Sya`ban ialah mengkifaratkan

(menghapuskan) dosa

dan

Ramadhan ialah menyucikan dosa

(jasmani rohani).

(Al-Hadis).




6. Sabda Nabi s.a.w :

Bahawa puasa Sya`ban

kerana membesarkan Ramadhan,

siapa yang berpuasa tiga hari

daripada bulan Sya`ban,

kemudian dia berselawat atasku

beberapa kali sebelum berbuka puasa,

maka diampunkan oleh Allah

dosanya yang telah lalu,

diberkatkan rezekinya.

Antara lain sabdanya lagi:

Bahawa Allah ta`ala membukakan

pada bulan itu

tiga ratus pintu rahmat.

(Al-Hadis).




7. Sabda Rasullullah s.a.w:

Dinamakan Sya`ban kerana

padanya terdapat kebajikan

yang amat banyak, dan puasa

yang lebih afdal sesudah (selain)

Ramadhan ialah

puasa bulan Sya`ban.

(Al-hadis).




8. Sabda Nabi s.a.w:

Bahawa kelebihan Rejab

atas bulan -bulan yang lainnya

seperti kelebihan Quran

ke atas segala Qalam.

Kelebihan Sya`ban atas bulan-bulan

yang lainnya seperti kelebihan

atas segala ambia(nabi-nabi).

Kelebihan Ramadhan atas

bulan yang lain seperti kelebihan Allah

atas segala makhluknya.

(Al-hadis)




9. Bulan Sya`ban,

keagungan malamnya

dengan malam nisfu Sya`ban,

sepertimana keagungan Rejab

dengan malam Israk Mikrajnya,

dan keagungan Ramadhan

dengan malam Lailatul Qadarnya.

Maka pada malam Nisfu Sya`ban

telah datang Jibril kepada Rasul s.a.w

lalu katanya:

Angkat kepalamu ke langit,

itulah malam yang dibukakan Allah

padanya tiga ratus pintu rahmat

dan diampunkan Allah

sekalian orang yang tiada

menyekutukan (syirik)

dengan-Nya sesuatu,

kecuali tukang nujum,

kekal di dalam zina,

kekal minum arak,

durhaka terhadap ibubapa.

(Al-hadis)




10. Sabda Nabi s.a.w:

Allah menilik kepada hamba-Nya

pada malam Nisfu Sya`ban

maka diampunkan dosa

segala makhluknya

melainkan orang syirik

dan

orang yang tiada

bertutur dengan saudaranya.

(Al-hadis)




11. Sabdanya lagi:

Apabila pada malam Nisfu Sya`ban

maka berjagalah kamu

pada malamnya bersembahyang,

beribadah, dan puasa kamu

pada siangnya.

Allah berfirman:

Adakah orang yang meminta ampun

maka Aku ampunkannya,

adakah orang yang ditimpa bala`

Aku a`fiatkannya.

Adakah orang yang meminta rezeki

maka Aku rezekikannya,

demikianlah pertanyaan lainnya

sehingga keluar fajar subuh.

(Al-hadis)




12. Tersebut dalam kitab Al-berkat:

Bahawa jin, burung,

binatang-binatang buas,

ikan di laut

berpuasa mereka

pada hari

nisfu Sya`ban.




13. Tersebut di dalam kitab:

Bahawa Jibril bersungguh-sungguh

pada malam Nisfu Sya`ban

menunaikan segala hajat.

Maka datanglah Jibril

kepada Rasullullah s.a.w

kali keduanya, katanya:

Ya Muhammad,

gembirakanlah kamu

bahawa Allah ta`ala telah

mengampunkan segala umatmu

orang yang tiada menyekutukan-Nya sesuatu.

Angkatkan kepalamu,

lalu Rasullullah s.a.w pun

mengangkatkan kepalanya,

tiba-tiba terbuka segala pintu syurga.

Dalam riwayat yang lain pula

menyatakan terbuka segala pintu langit.

Pada pintu langit pertama

malaikat menyeru kemenangan

bagi orang yang rukuk

pada malam ini.

Pada pintu langit yang kedua,

malaikat menyeru kemenangan

bagi orang yang sujud pada malam ini.

Pada langit yang ketiga,

malaikat menyeru kemenangan

bagi orang yang minta

doa pada malam ini.

Pada pintu langit keempat,

malaikat menyeru kemenangan

bagi orang yang berzikir

pada malam ini.

Pada pintu langit kelima,

malaikat menyeru kemenangan

bagi orang yang menangis

takutkan Allah subhanahuwa ta`ala

pada malam ini.

Pada pintu langit keenam,

malaikat menyeru kemenangan

bagi orang yang mengerjakan

amal kebajikan pada malam ini.

Dan pada pintu langit yang ketujuh,

malaikat menyeru kemenangan

bagi orang yang meminta,

maka dikurniakan permintaannya itu,

dan pada

pintu langit yang ke lapan

malaikat menyeru:

Adakah orang

yang meminta ampun

maka diampunkan baginya.

Bertanya aku kepada Jibril,

sampai bilakah terbukanya

semua pintu ini (diterima doa),

Jibril menjawab:

Sehingga naik fajar subuh.

Dan katanya lagi:

Pada malam ini

dimerdekakan hamba-Nya

yang mukmin lelaki perempuan

dari api neraka sebanyak

bulu kambing bani kalab

(bani kalab diantara orang-orang arab

yang paling banyak memelihara kambing).

Dalam satu riwayat yang lain pula

bahawa Allah memerdekakan hamba-Nya

daripada neraka sebanyak

bintang-bintang dilangit

dan sebanyak hari dunia

dan malamnya.

Pada malam inilah

dihantarkan Allah akan jibril

ke Syurga

untuk menghiasi syurga.




14. Barangsiapa membaca,

Tiada tuhan melainkan Allah,

tiada kami sembah melainkan Dia,

dengan ikhlas lagi teguh

atas dasar agama (tauhid)

walaupun dibenci oleh orang-orang kafir

ditulis Allah baginya

ibadat seribu tahun

dan

dihapuskan daripadanya

dosa seribu tahun,

dan keluarnya dari kubur

mukanya seperti bulan purnama

dan

ditulis pada Allah taa`la

orang benar siddiq

(orang yang benar).




15. Allah tidak akan mengampunkan dosa

pada malam nisfu sya`ban enam orang;

1) Orang yang kekal minum arak

2) Orang yang durhaka kepada ibubapa

3) Orang yang kekal dalam zina

4) Orang yang banyak berkelahi

5) Orang yang melakukan perjualannya

dengan sumpah yang dusta

6) Orang yang memperlakukan orang

supaya kelahi.

(Al-hadis).




16. Riwayat daripada Usman,

Sabda baginda Rasullullah s.a.w:

Pada malam nisfu Sya`ban

setelah berlaku 1/3 malamnya,

Allah turun ke langit dunia

lalu berfirman:

Adakah orang-orang yang meminta

maka Aku perkenankan permintaannya,

adakah orang yang meminta ampun

maka Aku ampunkannya,

adakah orang yang bertaubat

maka Aku taubatkan akannya,

dan diampunkan bagi sekalian orang

mukmin lelaki perempuan,

melainkan orang yang berzina

atau

orang yang berdendam

marah hatinya kepada saudaranya.

(Al-hadis)




17. Sabda Nabi s.a.w:


Ya A`isyah!

Adakah engkau izinkan aku

sembahyang pada malam ini?



Jawab A`isyah:

Ya, aku izinkan.



Lalu nabi pun

bersembahyanglah

sepanjang malam nisfu Sya`ban itu,

beliau sujud terlalu lama masanya,

sehingga aku sangka beliau

telah diambil ruhnya (mati),

lalu aku tutupkannya dengan kain,

aku letakkan tanganku di atas

dua tapak kakinya.

Maka

bergerak ia,

gembiralah aku

kerana

beliau masih bernafas lagi,

dan

aku dengar beliau membaca

di dalam sujudnya:


(Aku berlindung dengan kemaafan

Engkau daripada siksa Engkau,

dan

aku berlindung

dengan keredhaan Engkau

daripada kehinaan Engkau,

dan

aku berlindung dengan Engkau

daripada kejahatan

yang datang daripada Engkau,

aku tiada terhingga memuji Engkau

sepertimana Engkau memuji diri Engkau).

Nabi menyuruh A`isyah

mengamalkan doa

ini dalam sujud.

(Al-hadis)




18. Sesiapa sembahyang

pada malam nisfu Sya`ban

daripada umat Muhammad s.a.w

terlebih afdal daripada ibadatnya

400 tahun.

Demikian Allah memberi tahu

kepada nabi Isa a.s lalu Isa a.s pun

berdoa kepada tuhan:


"Mudah-mudahan aku

daripada

umat Muhammad s.a.w".


(Nabi Isa akan diturunkan

di akhir zaman

untuk menegakkan syiar Islam

menentang orang musyrikin, Insyaallah).




19. Telah disebut

empat malam istimewa

tentang beribadah

(berbuat amal kebajikan),

iaitu

malam Nisfu Sya`ban,

malam Aidil Fitri pertama,

malam Aidil Adha pertama,

dan

malam Arafah.

Disambungkan malam Lailatul Qadar

kerana

bahawasanya malam rahmat

dan

merdeka daripada api neraka.

Sesiapa sepanjang

malam Ramadhan atau sepanjang

sepuluh yang terakhir daripada Ramadhan

umat Muhammad s.a.w

berlumba-lumba dalam ibadah

dengan berjaga malamnya.

Demikian pula

saat mustajab doa

pada hari Jumaat.

Demikian pula

disambungkan Asma Allah Al Azdhim

(nama Allah yang teragung)

di dalam Asmaul Husna

yang amat mustajabkan doa padanya.







Amalan pada malam Nisfu Sya`ban.




Apabila

telah selesai sembahyang Maghrib,

hendaklah dibaca surah "Yaa Sinn"

dengan niatkan

mohon panjangkan umur

dalam mentaati Allah,

kemudian dibaca doa-doanya.

Kemudian

dibacakan surah "Yaa Sinn" pula

kali keduanya dengan diniatkan

diluaskan Allah rezekinya

yang halal dan diberkati-Nya.

Kemudian lalu

dibacakan doa-doanya.

Kemudian dibacakan

surah "Yaa Sinn" kali ketiganya pula

serta diniatkan minta ditetapkan

iman dan mati dalam iman,

kemudian dibacakan doa-doanya.

-------------------






KELEBIHAN BULAN SYABAAN





Sabda Nabi s.a.w. :

Apabila masuk bulan Sya'aban,

baikkanlah niatmu padanya,

kerana kelebihan Sya'aban

atas segala bulan

seperti kelebihanku

atas kamu.

Barangsiapa berpuasa sehari

pada bulan Sya'aban,

diharamkan Allah tubuhnya

dari api neraka.

Dia akan menjadi tauladan

Nabi Allah Yusuf a.s di dalam syurga.

Diberi pahala oleh Allah

seperti pahala Nabi Allah Ayub a.s.

dan

Nabi Daud a.s.

Jika dia sempurnakan puasanya

sebulan di bulan Sya'aban,

dimudahkan Allah atasnya

Sakratulmaut dan ditolakkan (terlepas)

daripadanya kegelapan di dalam kubur,

dilepaskan daripada huru-hara

Munkar dan Nakir,

ditutup Allah

keaibannya di hari kiamat

dan

diwajibkan syurga baginya.

Barangsiapa berpuasa

pada awal hari Khamis

pada bulan Sya'aban

dan

akhir Khamis daripada Sya'aban,

dimasukkan dia ke dalam syurga.

(dari kitab Al-Barakah).




Berkata Siti Aisyah r.a.:

Bulan yang lebih dikasihi

oleh Rasululah s.a.w. ialah

bulan Sya'aban.




Sabda Nabi s.a.w:

Sya'aban adalah bulanku

dan

Ramadhan adalah bulan umatku.

Sya'aban ialah

mengkifaratkan (menghapuskan) dosa

dan

Ramadhan ialah

menyucikan dosa (jasmani rohani).




Sabda Nabi s.a.w.:

Bahawa puasa Syaba'an

kerana membesarkan Ramadhan.

Siapa yang berpuasa tiga hari

daripada bulan Sya'aban,

kemudian dia bersalawat atasku

beberapa kali sebelum berbuka puasa

maka

diampunkan oleh Allah dosanya

yang telah lalu,

diberkatikan rezeki baginya.




Antara lain sabdanya lagi:

Bahawa Allah Ta'ala

membukakan pada bulan itu

tiga ratus pintu rahmat.




Sabda Rasulullah s.a.w.:

Dinamakan Sya'aban kerana padanya

terdapat kebajikan yang

amat banyak dan puasa

yang lebih afdhal sesudah Ramadhan

ialah puasa bulan Syaaban.




Pengertian Sya'aban


Kemuliaan, Ketinggian,

Kebajikan, Jinak, Cahaya.




Sabda Nabi s.a.w.:

Bahawa

kelebihan Rejab

atas bulan-bulan yang lainnya

seperti

kelebihan Qur'an atas segala kalam.

Kelebihan Sya'aban

atas bulan-bulan yang lainnya

seperti

kelebihanku atas

segala Anbia' (Nabi-nabi).

Kelebihan Ramadhan

atas bulan-bulan yang lain

seperti

kelebihan Allah

atas sekelian makhlukNya.

Bulan Sya'aban,

keagungan malamnya

dengan Nisfu Sya'aban

seperti

keagungan Ramadhan

dengan Lailatul Qadarnya.

Maka

pada malam Nisfu Sya'aban

telah datang Jibril

kepada Rasulullah s.a.w

lalu katanya:

Angkat kepalamu ke langit,

itulah malam yang Allah

padanya tiga ratus rahmat

dan

diampunkan Allah sekelian orang

yang syirik denganNya sesuatu,

kecuali:

tukang nujum,

kekal dalam zina,

kekal minum arak,

derhaka terhadap ibubapa.

Allah menilik kepada hambaNya

pada malam Nisfu Sya'aban

maka

diampunkan dosa segala makhlukNya

melainkan orang syirik dan orang yang tidak

bertutur dengan saudaranya.

Apabila pada malam Nisfu Sya'aban

maka berjagalah kamu pada malamnya

bersembahyang, beribadat

dan

puasa kamu pada siangnya.




Allah berfirman yang bermaksud:

Adakah orang

yang meminta ampun

maka

Aku ampunkannya,

adakah orang

ditimpa bala

Aku afiatkannya.

Adakah orang

yang meminta rezeki

maka

Aku rezekikannya,

demikianlah pertanyaan lainNya

sehingga keluar

fajar subuh.




Tersebut dalam kitab Al-Barakah:

Bahawa jin, burung,

binatang-binatang buas,

ikan dilaut

berpuasa mereka

pada hari Nisfu Sya'aban





Tersebut di dalam Kitab Iqna' :

Bahawa Jibril

bersungguh-sungguh

pada malam Nisfu Sya'aban

menunaikan segala hajat.

Maka

datanglah Jibril

kepada Rasulullah s.a.w.

kali keduanya katanya:

Ya Muhammad!

Gembirakanlah kamu

bahawa Allah Ta'ala

telah mengampunkan

segala umatmu

orang yang tidak syirikkan Nya sesuatu,

angkatkan kepalamu.

Lalu Rasulullah

mengangkatkan kepalanya,

tiba-tiba terbuka

segala pintu syurga.




Bahawa

malam Nisfu Sya'aban

adalah hari raya Malaikat,

begitu juga pada

malam Lailatul Qadar

mereka tidak tidur,

dipenuhi dengan amal dan ibadat

sepanjang malamnya.

Dan

bagi anak-anak Adam

berhari raya pada siang hari

dengan berpuasa dan ibadat,

kerana

mereka tidur pada malamnya.

Barang siapa

membaca pada

bulan Sya'aban, ayat dibawah ini.

Allah hapuskan

daripadanya dosa seribu tahun

dan

keluarkan dari kuburnya

mukanya seperti

bulan purnama

yang bermaksud:

Allah tidak akan

mengampunkan dosa

pada malam Nisfu Sya'aban

enam orang:



1. Orang yang kekal minum arak.


2. Orang yang durhaka dua ibubapanya.


3. Orang yang kekal dalam zina.


4. Orang yang banyak berkelahi.


5. Orang yang melakukan

perjualan dengan sumpah yang dusta.


6. Orang yang memperlagakan

orang supaya berkelahi.





Pada malam Nisfu Sya'aban

setelah berlalu 1/3 malamnya,

Allah turunkan ke langit dunia

lalu berfirman yang bermaksud:

Adakah orang-orang yang meminta

maka

Aku perkenankan permintaanya,

adakah orang yang meminta,

maka Aku perkenankan permintaanya,

adakah orang yang meminta ampun

maka Aku ampunkannya,

adakah orang bertaubat

maka aku Taubatkannya

dan diampunkan bagi sekelian

orang mukmin lelaki dan perempuan

melainkan orang yang berzina

atau orang yang berdendam

marah hatinya kepada saudaranya.




Sabda Nabi s.a.w.:

Hai Aisyah! adakah engkau izinkan

aku sembahyang pada malam ini?

Jawab Aisyah:

Ya, aku izinkan.

Lalu Nabi pun bersembahyanglah

sepanjang malam Nisfu Sya'aban itu,

beliau telah diambil ruhnya (mati),

lalu aku tutupkannya dengan kain.

Daku letakankan tanganku

di atas dua tapak kakinya.

Maka gembira aku

kerana beliau masih bernafas lagi

dan aku dengar beliau membaca

di dalam sujudnya

yang bermaksud::




AKU BERLINDUNG DENGAN

KEMAAFAN ENGKAU

DARI SIKSA ENGKAU

DAN

AKU BERLIDUNG DENGAN

KEREDAAN ENGKAU

DARIPADA KEHINAAN ENGKAU

DAN

AKU BERLINDUNG DENGAN ENGKAU

DARIPADA

KEJAHATAN YANG DATANG DARIPADA ENGKAU,

AKU TIDAK TERHINGGA MEMUJI ENGKAU

SEPERTIMANA ENGKAU MEMUJI DIRI ENGKAU.




Nabi menyuruh Aisyah

mengamalkan doa ini dalam sujud.






Sesiapa sembahyang

pada malam Nisfu Sya'aban

daripada umat Muhammad s.a.w.

terlebih afdal daripadanya ibadatnya 400 tahun.

Demikian Allah memberitahu kepada Nabi `Isa a.s,

lalu Nabi `Isa a.s. pun berdoa kepada Tuhan:

Mudah-mudahan aku daripada umat Muhammad s.a.w.

Telah disebut empat malam istimewa

tentang beribadat (berbuat amal kebajikan) iaitu

malam Nisfu Sya'aban,

malam Raya Fitrah yang pertama

dan malam Arafah.

Disembunyikan malam Lailatul Qadar

kerana bahawasanya

malam rahmat dan merdeka daripada api neraka,

supaya sepanjang malam Ramadhan

atau sepanjang sepuluh yang akhir

daripada Ramadhan

umat Muhammad berlumba-lumba

dalam ibadat dengan berjaga malamnya.

Demikian pula saat mustajab doa

pada hari Jumaat.






AMALAN PADA MALAM NISFU SYABAAN:




Selesai sembahyang Maghrib

hendaklah dibaca YASIN.

Dengan niat panjangkan umurnya

dalam mentaati Allah.

Kemudian berdoalah.

Kemudian dibacakan pula YASIN

dengan diniatkan

diluaskan Allah rezekinya yang halal

dan

diberkatinya, kemudian lalu dibacakan doanya.

Kemudian dibacakan pula YASIN

dengan diniatkan minta mati dalam iman,

kemudian lalu dibacakan doanya.

Pada malam Nisfu Sya'aban

sangat baik dibanyakan beristighfar

(memohon keampunan) dan taubat

dari dosa-dosa besar dan kecil

serta meminta diampunkan Allah

ibubapa kita dan keluarga kita.




(Ya Allah, Engkau Tuhanku,

tiada ada Tuhan melainkan Engkau,

Engkau telah menjadikan aku

dan aku adalah hambaMU,

sentiasa berada dalam

genggamanMu dan ketetapanMU,

tiada ada kesanggupanku.

Aku mengaku padaMU nikmatMu

atasku dan aku mengaku kepadaMu

dengan dosa-dosaku,

maka ampunilah aku.

Sesungguhnya tiada apa

yang akan mengampun dosa

melainkan Engkau jua.

Aku berlindung dengan Engkau

daripada kejahatan

apa yang telah aku lakukan.




Memohon keampunan dua ibubapa.

Maksudnya:

YA TUHANKU

AMPUNILAH AKU

DAN

KEDUA IBUBAPAKU

DAN

RAHMATILAH DUANYA

SEPERTIMANA MEREKA MENDIDIK

AKU DI WAKTU KECIL.





Memohon keampunan dan taubat diri:

(70/100 kali pagi petang)

Maksudnya:

AKU MOHON KEAMPUNAN ALLAH

DAN

AKU BERTAUBAT KEPADANYA.

Membaca:

(beberapa kali -

pahala seperti ibadat seribu tahun).

Maksudnya:

TIADA TUHAN MELAINKAN ALLAH

DAN

TIADA KAMI SEMBAH MELAINKAN DIANYA,

DENGAN CARA IKHLAS KEPADANYA,

LAGI TETAP TEGUH DI ATAS TAUHID,

WALAU PUN MEMBENCI

OLEH ORANG-ORANG KAFIR.

Membaca Al-Qur'an.

Membaca Tasbih:

(Seratus kali tiap-tiap satu)

Maksudnya:

Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi.

Maksudnya:

Maha Suci Allah dan dengan segala kepujianNya.

Maha Suci Allah yang Maha Agung.

Maksudnya:

Maha Suci Allah dan segala kepujian

bagi Allah

tiada Tuhan melainkan Allah

dan

Allah Maha Besar (Agong)

tiada suatu daya dan tiada suatu kekuatan

melainkan dengan

Allah Yang Maha Agong.

Membaca Selawat Atas Nabi:

( 10 atau 100 kali pagi dan petang.)

Membaca Zikrullah:

(100 kali selepas sembahyang Subuh dan Asar.)

Sembahyang-sembahyang sunat:

Sunat Mutlaq, Sunat Isyraq,

sunat Dhuha, Sunat mengiringiFardhu,

Sunat Awwabin, Sunat Tahajjud,

Sunat Tasbih, Sunat Witir dan Sunat Hajat

di tengah malam

sebaik-baiknya

memohon hajat sesuatu.

--------------------

http://www.brunet.bn/gov/mufti/irsyad/pelita/2003/ic41_2003.htm









Persediaan Di Ambang Ramadhan





Setiap bulan dalam sepanjang tahun

mengikut kiraan taqwim Hijriyyah

mempunyai kelebihan tertentu

dan keistimewaan beribadat

di dalamnya.

Sesungguhnya

Allah Subhanahu wa Ta‘ala

menciptakan hari atau bulan itu

ada yang baik

dan

ada yang lebih baik.

Sebagaimana yang disebutkan

oleh hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam

mengenai kelebihan bulan

Muharram, Rejab,

Sya‘ban, Ramadhan,

Syawal dan Zulhijjah

sebagai bulan-bulan yang istimewa.

Begitu juga

dengan hari-hari tertentu seperti

Juma‘at, Khamis dan Isnin

mempunyai

pelbagai fadhilat.






Bulan Sya‘ban Dan Galakkan Beribadat Di Dalamnya





Sekarang kita berada di bulan Sya‘ban.

Bulan Sya‘ban juga mempunyai

keistimewaan tersendiri di dalam Islam.

Keadaan ini

samalah juga dengan bulan-bulan

yang lain yang mempunyai

fadhilat tersendiri,

sehingga menyebabkan

kehadirannya sentiasa

ditunggu-tunggu

oleh mereka yang ahli ibadat

sebagai masa

mengaut pahala.

Bulan Sya‘ban

adalah antara bulan

yang paling dicintai oleh

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

di mana

Baginda Shallallahu ‘alaihi wasallam

akan lebih banyak

berpuasa di bulan ini.

Pernah diriwayatkan bahawa

Baginda tidak pernah

berpuasa sunat dalam sebulan,

lebih banyak daripada

puasanya di bulan Sya‘ban.

Dalam makna yang lain

Baginda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam

memperbanyakkan puasa sunat

di bulan Sya‘ban

dibandingkan bulan-bulan yang lain.

Oleh kerana itu

amatlah dituntut

bagi umat Islam mencontohi

apa yang dilakukan oleh Baginda itu

kerana selain memperbanyak

amal kebajikan di bulan ini,

ia juga merupakan

suatu latihan rohani

ke arah mempersiapkan diri

menyambut kedatangan

bulan Ramadhan.






Amalan-Amalan Sunat Pada Bulan Sya‘ban






Keistimewaan bulan ini

bahawa amalan seluruh manusia

diangkat untuk dihadapkan kepada

Allah Subhanahu wa Ta‘ala,

maka sewajarnyalah

sepanjang bulan ini

diisikan dengan amal

ibadah dan kebajikan.

Maka

antara amalan

yang digalakkan pada bulan

Sya‘ban adalah:




1. Memperbanyak puasa sunat.


Bahawa

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam

lebih gemar berpuasa sunat

dalam bulan Sya‘ban

berbanding dengan

bulan-bulan yang lain.






2. Bertaubat dan beristiqhfar


Taubat ialah

pembersihan rohani

kerana taubat itu menjadi tuntutan

dalam agama supaya

setiap diri individu

yang sememangnya tidak ma‘shum ini

melakukan taubat pada

setiap masa dan ketika.

Tegasnya hukum taubat itu

adalah wajib dari segi syara‘.

Walau bagaimanapun

sebenar-benar taubat itu ialah

yang dikatakan

taubat nasuha.

Taubat nasuha tidak akan tercapai

tanpa mendatangkan terlebih

dahulu syarat-syarat yang ditentukan.

Umpamanya jika dosa itu

antara hamba dengan Tuhan.






1. Hendaklah dia meninggalkan dosa atau maksiat itu.






2. Hendaklah dia benar-benar

menyesali dan merasa dukacita

atas perbuatan maksiatnya itu.






3. Hendaklah dia berjanji dan berazam

untuk tidak akan kembali

mengulangi melakukannya.

Manakala jika dosa itu

bersangkut paut

dengan hak orang lain,

maka selain syarat-syarat

sebagaimana yang disebutkan di atas,

ditambah lagi satu syarat iaitu

hendaklah membersihkan dirinya

daripada hak orang itu

atau

orang yang melakukan dosa itu

memohon maaf

kepada orang berkenaan.

Selain daripada itu,

peranan taubat itu

sendiri tidak terhenti setakat

membersihkan diri daripada

segala dosa dan maksiat.

Lebih daripada itu

ia juga merupakan suatu cara

untuk kita sentiasa berlindung diri

kepada

Allah subhanahu wa Ta‘ala

memohon keberkatan ketika kita

memulakan dan membuat sesuatu

pekerjaan yang

berfaedah dan mengharapkan kurnia,

taufiq serta diselamatkan

daripada ditimpa musibah,

kesusahan, kesulitan dan sebagainya.

Adapun istighfar itu pula

ialah pernyataan memohon ampun

kepada Allah daripada semua dosa.

Lafaz istighfar itu

di antaranya ialah







bererti:


“Aku memohon ampun kepada

Allah yang Maha Agung”.







3. Memperbanyak zikir dan berdoa


Zikir ialah

ucapan yang dilakukan

dengan lidah atau mengingati Allah

dengan hati,

dengan ucapan atau ingatan

yang mempersucikan Allah

dan

membersihkanNya dari sifat-sifat

yang tidak layak

untukNya.

Terdapat banyak

ayat al-Qur'an dan hadis

yang memerintahkan agar manusia

mengambil berat tentang zikir.

Banyak faedah yang diperolehi

hasil daripada berzikir.

Antaranya ialah:


i. Menenangkan hati:

Ini bersesuaian dengan janji

Allah Subhanahu wa Ta‘ala

bahawa orang-orang yang beriman itu

tenang hati mereka dengan zikrullah.

Ini kerana berzikir

(mengingati Allah) itu

mententeramkan hati manusia.

ii. Kawalan Diri dan Perlindungan Malaikat:

Seseorang itu

merasa terkawal kerana Allah

sentiasa menyertainya

di mana sahaja dia berada.

Akibatnya paling minima

dia takut hendak berbuat maksiat

dan

bersedia pula untuk

melakukan ketaatan.

Bahkan dia juga

mendapat kawalan sepenuhnya

daripada malaikat.

Bagi orang yang sekadar duduk

di majlis zikir sekalipun

tidak bersama berzikir

akan mendapat juga rahmat Allah

dan

kawalan malaikat.



iii. Terpelihara Daripada Godaan dan Pujukan Syaitan.


iv. Meningkatkan Rasa Kecintaan Kepada Allah:

Untuk meningkatkan

kecintaan kepada Allah,

mestilah memahami dan menghayati

bacaan tasbih, doa dan istighfar

yang diucapkan itu.

Antara keistimewaan

amalan zikir itu pula ialah:

i. Zikir boleh dilaksanakan

bila-bila masa walaupun sedang

melakukan pekerjaan tanpa terikat

dengan waktu.

Ia juga boleh dilaksanakan

dalam keadaan duduk,

tidur, berdiri dan baring.


ii. Boleh dilaksanakan

walaupun dalam keadaan

berhadas sama ada

hadas kecil mahu pun hadas besar.

Walau bagaimanapun

makruh berzikir secara lisan

ketika berada di dalam tandas.

Begitu juga dengan perkara doa.

Doa boleh dilakukan

tanpa mengira tempat dan masa.

Doa ialah

memohon

sesuatu hajat atau perlindungan

daripada

Allah Subhanahu wa Ta‘ala

dengan cara merendahkan diri

dan

tawadhu‘ kepadaNya.

Selain daripada itu

banyak lagi amal kebajikan

yang boleh dilaksanakan di

bulan Sya‘ban ini

sebagai persiapan menyambut

kedatangan Ramadhan

seperti

memperbanyakkan selawat

atas junjungan besar

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,

bersembahyang sunat

terutama di waktu malam,

banyak bersedekah dan sebagainya.

Maka

rebutlah peluang dan kelebihan

yang ada di bulan Sya‘ban ini

untuk mempertingkatkan

keimanan dan ketaqwaan kita.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

pernah ditanya,

mengapa Baginda melebihkan

berpuasa sunat di bulan Sya‘ban

berbanding bulan-bulan yang lain?

Baginda bersabda:

Maksudnya:

“Bulan itu (Sya‘ban)

yang berada di antara

Rejab dan Ramadhan

adalah

bulan yang dilupakan

manusia dan ia adalah

bulan yang diangkat padanya

amal ibadah kepada

Tuhan Seru Sekalian Alam,

maka

aku suka supaya amal ibadahku

di angkat ketika

aku berpuasa”.

(Hadis riwayat an-Nasaie)








Kelebihan Malam Nisfu Sya‘ban





Adapun kelebihan

Malam Nisfu Sya‘ban itu

telah disebutkan di dalam

hadis shahih daripada

Mu‘az bin Jabal Radhiallahu ‘anhu,

bersabda

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

yang maksudnya :

“Allah menjenguk datang

kepada semua makhlukNya

di Malam Nisfu Sya‘ban,

maka

diampunkan dosa sekalian makhlukNya

kecuali orang yang menyekutukan Allah

atau orang yang bermusuhan.”

(Hadis riwayat Ibnu Majah,

at-Thabrani dan Ibnu Hibban)

Di Malam Nisfu Sya‘ban juga,

adalah di antara malam-malam

yang dikabulkan doa.

Berkata Imam asy-Syafi‘e

dalam kitabnya al-Umm:

“Telah sampai pada kami

bahawa dikatakan:

Sesungguhnya

doa dikabulkan

pada lima malam iaitu:

Pada malam Jumaat,

malam Hari Raya Adha,

malam Hari Raya ‘Aidil fitri,

malam pertama di bulan Rejab

dan

malam nisfu Sya‘ban.”







Menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban






Nisfu Sya‘ban

ialah hari ke lima belas

daripada bulan Sya‘ban.

Malam Nisfu Sya‘ban

merupakan malam yang penuh

rahmat dan pengampunan

daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Kenyataan ini dapat direnung

kepada hadis yang diriwayatkan oleh

Mu‘az bin Jabal Radhiallahu ‘anhu di atas.

Adapun cara menghidupkan

Malam Nisfu Sya‘ban

sebagaimana yang dilakukan sekarang ini

tidak berlaku pada zaman

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam

dan zaman para sahabat.

Akan tetapi

ia berlaku pada zaman tabi‘in

dari penduduk Syam.

Menyebut al-Qasthalani

dalam kitabnya al-Mawahib al-Ladunniyah,

bahawa para tabi‘in

daripada penduduk Syam

seperti Khalid bin Ma‘dan dan Makhul,

mereka beribadat dengan bersungguh-sungguh

pada Malam Nisfu Sya‘ban.

Maka

dengan perbuatan mereka itu,

mengikutlah orang ramai

pada membesarkan malam tersebut.

Para tabi‘in tersebut

menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban

dengan dua cara:



1. Sebahagian mereka

hadir beramai-ramai ke masjid

dan berjaga di waktu malam (qiamullail)

untuk bersembahyang sunat

dengan memakai harum-haruman,

bercelak mata dan berpakaian yang terbaik.




2. Sebahagiannya lagi

melakukannya dengan cara bersendirian.

Mereka menghidupkan malam tersebut

dengan beribadat seperti

sembahyang sunat dan berdoa

dengan cara bersendirian.




Ada pun cara kita sekarang ini

menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban

dengan membaca Al-Qur'an seperti

membaca surah Yasin, berzikir

dan

berdoa dengan berhimpun

di masjid-masjid atau rumah-rumah persendirian

sama ada secara berjemaah

atau

perseorangan adalah tidak jauh berbeza

dengan apa yang dilakukan

oleh para tabi‘in itu.







Amalan-Amalan Bid‘ah Dalam Bulan Sya‘ban





Dalam keghairahan kita

menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban itu

dengan berbagai cara ibadat,

kita perlu berhati-hati

agar tidak melakukan

perkara-perkara bid‘ah.

Di antara perkara bid‘ah itu

ialah bersembahyang sunat Nisfu Sya‘ban.

Sembahyang ini sebenarnya

tiada tsabit dalam ajaran Islam.

Imam an-Nawawi dan Imam Ibnu Hajar

telah menafikan

adanya sembahyang sunat Nisfu Sya‘ban

kerana suatu sembahyang itu

disyariatkan cukup dengan

sandarannya sama ada dari

nash Al-Qur'an atau pun hadis.

Jika seseorang itu

masih juga ingin

untuk melakukan sembahyang,

maka

sayugialah dia

mengerjakan sembahyang-sembahyang sunat

yang lain seperti

sunat Awwabin

(di antara waktu maghrib dan Isya'),

sembahyang tahajjud,

akhirnya

sembahyang witir

atau

sembahyang sunat muthlaq

bukan

sembahyang sunat Nisfu Sya‘ban.

Sembahyang sunat muthlaq ini

boleh dikerjakan

pada bila-bila masa sahaja

sama ada pada Malam Nisfu Sya‘ban

atau

pada malam-malam yang lain.

Adalah mendukacitakan

pada malam yang penuh

berkat dan keampunan itu,

wujud perkara-perkara

yang tidak selari dengan syara‘,

iaitu

adanya orang yang membuat

hiburan atau mengadakan konsert

pada Malam Nisfu Sya‘ban.

Apatah lagi jika

hiburan atau permainan

yang diadakan itu

melibatkan ramai orang Islam

sehingga terlepas untuk merebut

peluang beribadat dan berdoa

pada malam tersebut.

Perbuatan seumpama ini

setentunya menyumbang

kepada maksiat.

Sesunguhnya

bulan Sya‘ban itu

adalah bulan di mana

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam

lebih banyak berpuasa sunat

dibandingkan

pada bulan-bulan yang lain,

iaitu

sebagai persiapan dan persediaan

untuk

menghadapi bulan Ramadhan.

Amalan Baginda itu

sewajarnya dicontohi oleh

sekalian umat Islam

disamping bulan Sya‘ban itu sendiri

mempunyai kelebihan yang tersendiri

seperti

Malam Nisfu Sya‘ban.



*********


FADHILAT SYA'BAN


sumber: http://members.tripod.com/~DarulUlum/BH2





1. Telah memberitahu kepada kami

Abdullah bin Yusuf

Telah memberitahu kami

Malik daripada Abi An-Nadhri daripada Abi Salamah

daripada Sayyidatina 'Aishah telah berkata :

Rasulullah S.A.W

berpuasa sehingga kita mengatakan

dia tidak berbuka dan baginda S.A.W

berbuka sehingga kami berkata

dia tidak berpuasa.

Dan

aku tidak pernah melihat

Rassulullah S.A.W

menyempurnakan puasa sebulan penuh

melainkan pada bulan Ramadhan

dan

aku tidak pernah melihat baginda S.A.W

banyak berpuasa melainkan

pada bulan Sya'ban.

( Diriwayatkan oleh Imam Bukhari

di dalam sohihnya dan Imam Muslim

di dalam sohihnya )




2. Telah memberitahu kami

Muaz bin Fudhalah telah memberitahu kami

Hisham daripada Yahya daripada Abi Salamah

sesungguhnya Sayyidatina 'Aishah

telah memberitahunya dengan berkata :

Nabi S.A.W

tidak banyak berpuasa

melainkan pada bulan Sya'ban,

dan

baginda S.A.W

telah berpuasa sebulan penuh

pada bulan Sya'ban.

Dan

adalah baginda S.A.W bersabda :

Lakukanlah amalan

yang mana kamu mampu

membuatnya

maka

sesungguhnya

Allah tidak

membebankan ( mewajib )kamu

sehingga kamu merasa berat

dengan bebanan.

Dan

apa yang disukai oleh

Rasulullah S.A.W

adalah sembahyang(sunat)

yang sentiasa dibuat

sekalipun sedikit.

Dan

adalah baginda S.A.W

apabila mendirikan sembahyang

maka

baginda S.A.W

sentiasa berterusan

di dalam berbuat demikian.

( Diriwayatkan oleh Imam Bukhari

di dalam sohihnya dan Imam Muslim

di dalam sohihnya)




3. Telah memberitahu kami

Sufian bin 'Uyainah daripada Ibn Abi Labid

daripada Abi Salamah telah berkata :

Aku telah bertanya Sayyidatina 'Aishah

tentang puasa Rasulullah S.A.W

maka dia menjawab :

Adalah baginda S.A.W

berpuasa sehingga kami berkata :

Sesungguhnya

baginda S.A.W telah berpuasa

dan

baginda S.A.W berbuka

sehingga kami mengatakan :

Telah baginda S.A.W berbuka.

Aku tidak pernah melihat

baginda S.A.W berpuasa dari sebulan sahaja

lebih banyak daripada puasa baginda S.A.W

pada bulan Sya'ban.

Kadang-kadang

baginda S.A.W berpuasa Sya'ban

sebulan penuh dan kadang-kadang

baginda S.A.W

berpuasa sedikit daripadanya.

(Diriwayatkan oleh Imam Muslim

di dalam sohihnya)




4. Telah memberitahuku

Muawiyah bin Soleh daripada

Abdullah bin Abi Qais

sesungguhnya dia telah mendengar

Sayyidatina 'Aishah berkata :

Bulan yang disukai oleh Rasulullah S.A.W

yang mana baginda S.A.W

berpuasa padanya adalah

bulan Sya'ban

kemudian disambung puasa

pada bulan Ramadhan.

( Hadis ini sanadnya Hasan dan

diriwayatkan oleh Abu Daud,

An-Nasaei, Ibn Khuzaimah,

Al-Baihaqi dan Al-Baghawi)




5. Telah memberitahuku

Al-Maqburi daripada Abu Hurairah

daripada Usamah bin Zaid

telah berkata:

Aku telah berkata :

Wahai Rasulullah!

Sesungguhnya

Aku telah melihat engkau berpuasa

pada bulan yang mana

aku tidak melihat engkau berpuasa

pada bulan yang mana

engkau puasa padanya.

Soal Rasulullah S.A.W :

Bulan apa?

Aku telah berkata:

Sya'ban bulan diantara

Rejab dan Ramadhan

yang mana melupai manusia

mengenainya(diangkat kepadaNya)

segala amalan semua hamba

maka aku lebih suka

amalanku tidak diangkat

melainkan bersamanya aku berpuasa.

Maka aku berkata lagi:

Aku melihat engkau berpuasa

pada hari Isnin dan Khamis

dan tidak mengabaikan

kedua-dua hari itu.

Sabda baginda S.A.W :

Sesungguhnya

segala amalan semua hamba

akan diangkat pada

kedua-dua hari itu

maka aku lebih suka

tidak diangkat amalanku

melainkan bersamanya

aku berpuasa.

( Hadis ini sanadnya Hasan

dan telah dikeluarkan oleh An-Nasaei,

Imam Ahmad dan imam Al-Baihaqi )







HADIS MENGENAI KELEBIHAN MALAM NISFU SYA'BAN



1. Daripada Makhul daripada

Malik bin Yakhamir daripada

Muaz bin Jabal daripada

Nabi S.A.W telah bersabda:

Sesungguhnya Allah ta'ala

memerhati makhlukNya

pada malam nisfu(pertengahan)

daripada Sya'ban

maka

Dia akan mengampuni

semua makhlukNya

melainkan orang yang syirik

atau

orang yang bermusuhan.

( Hadis ini isnadnya Hasan dan

dikeluarkan oleh Ibn Habban,

Al-Baihaqi dan At-Thobarani )




2.Daripada Hisham bin Hassan

daripada ( Al-Hasan daripada)

Usman bin Abi Al-'As daripada

Nabi S.A.W telah bersabda :

Apabila tibanya malam nisfu (pertengahan)

daripada bulan Sya'ban,

pemanggil akan memanggil :

Adakah daripada mereka

yang memohon keampunan

maka nescaya diampun baginya ?

Adakah daripada kalangan mereka

yang meminta maka akan diberi?

Maka

tidak ada seseorang

yang memohon sesuatu

melainkan akan diberi

melainkan penzina dengan kemaluannya

ataupun

orang syirik.

( Hadis ini isnadnya Hasan dan

dikeluarkan oleh Al-Kharaiti,

Al-Baihaqi dan imam Sayuti)






Penerangan Hadis:




1. Hadis-hadis ini

menjelaskan kepada kita

bagaimana kelebihan bulan Sya'ban

yang mana Rasulullah S.A.W

sentiasa berpuasa

bahkan

melebihi bulan-bulan yang lain.







2. Hadis-hadis ini juga

menerangkan bagaimana hukum

berpuasa pada bulan Sya'ban

iaitu sunat bukannya wajib.

Oleh itu

baginda S.A.W

kadang-kadang berpuasa penuh

sebulan pada bulan ini

dan

pada suatu ketika

baginda tidak berbuat demikian.

Kita perlu ingat

bahawa setiap perbuatan

Rasulullah S.A.W

merupakan sunnah fi'liyyah

(sunnah yang berasaskan perbuatan)

yang boleh dijadikan hujjah

di dalam mengeluarkan

sesuatu hukum.





3. Baginda S.A.W juga

menggalakkan kita agar

di dalam melakukan sesuatu

yang baik terutama dalam

ibadat khusus seperti

solat sunat, puasa sunat

dan

sedekah maka ia

mestilah dilakukan secara

berterusan walaupun sedikit.

Kita kadang-kadang

melakukan perkara ini

secara banyak tetapi

tidak berterusan dan ia dilakukan

apabila timbulnya

perasaan rajin sahaja.

Ini menyebabkan kita

kurang merasai hikmat dan kesan

daripada amalan tersebut.

Ini kerana

apabila ia dilakukan

secara berterusan

akan mendatangkan kepada kita

perasaan untuk menghisab

dan

menghitung diri sendiri

secara berterusan

dan

ini akan melahirkan individu

yang sentiasa berada

dalam ibadat dan mengingati Allah

setiap masa

dan

tempat sama ada

ditikar sembahyang,

ketika belajar

mahupun

ketika bekerja.




4. Galakan ini juga bertujuan

untuk melatih dan membiasakan kita

dengan berpuasa sebelum masuknya

bulan Ramadhan yang memang

kita mesti berpuasa padanya.





5. Baginda juga menekankan

bagaimana seseorang muslim

mesti percaya bahawa

setiap amalan yang dilakukan

bukanlah sia-sia

malah ia akan diangkat kepada Allah

untuk dihisab kualitinya.

Apabila perasaan ini timbul

sepanjang kehidupan

dan

peribadatan kita seharian

akan menyebabkan kita

semakin yakin kepada balasan Allah

terhadap apa yang telah kita

sama-sama tunaikan.

Ini dapat menghindarkan diri

daripada melakukan sesuatu ibadat

sambil lewa dan penuh dengan

perasaan malas dan juga mampu

memberi peringatan agar jangan

mendekati segala maksiat

kerana setiap gerak laku kita

diperhati dan dihisab oleh

Allah Subhanahu wa Ta'ala.






6. Baginda S.A.W juga menjelaskan

bagaimana adanya waktu-waktu tertentu

yang mempunyai kelebihannya tersendiri

seperti pada hari

Isnin dan Khamis

serta pada

bulan Sya'ban terutama pada

malam pertengahan bulannya.

Baginda S.A.W juga

mengajar kita agar

menggunakan kesempatan yang ada

dengan berdoa dan beribadah

kepada Allah.




7. Islam mengajar kita agar

menjaga masa dan menggunakan

peluang yang ada untuk beribadat

bukannya dihabiskan begitu sahaja

disebabkan kita tidak merasa berdosa

apabila tidak mempedulikan masa.

Orang kafir mapu menjaga masa

dan

menggunakan masa untuk perkara berfaedah

serta tidak kurang juga digunakan

untuk mengatur strategi di dalam

menyerang Islam.

Adakah kita terus hanyut

dibuai mimpi sedangkan musuh Islam

telah lama merancang untuk

menghancurkan kita.




8. Islam mahu melahirkan umat

yang berkualiti dalam ibadat,

masa dan pekerjaan yang mana

ia tidak menyuruh kita sekadar

menunaikan ibadat khusus seperti

sembahyang, puasa dan bersedekah sahaja

tetapi juga menekankan agar

setiap ibadat yang dilakukan

mampu melahirkan umat yang sedar

siapa mereka dan apa

tanggungjawab mereka.

Ingatlah

bahawa Rasulullah S.A.W pernah

memarahi sahabat yang hanya mahu

beribadat khusus sahaja

sedangkan baginda S.A.W

sendiri bukan sahaja merupakan

orang yang kuat beribadat khusus,

memohon keampunan malah baginda juga

sebagai bapa, suami, ahli masyarakat

dan

juga yang paling besar

dan

berat adalah sebagai pemimpin negara.

Semuanya dikira ibadat

jika dilakukan mengikut landasan Islam.

Kita jangan termakan

dengan dakyah sesat golongan kuffar

yang menyatakan

ibadat adalah perkara

yang berkaitan dengan

sembahyang, puasa,

haji dan ibadat khusus yang lain sahaja

tanpa mempedulikan kewajipan kita

yang besar seperti tanggungjawab terhadap kerja,

keluarga, masyarakat setempat

dan

juga pemerintahan negara.




9. Islam mencela mereka yang syirik,

berzina dan bermusuhan

yang mana doa mereka

tidak dimakbulkan.








Biografi


Sumber:



1. Fathul Bari syarah sohih Bukhari

oleh Ibnu Hajar jilid 4

cetakan Maktabah Al-Risalah Al-Hadisah.



2. Syarah Sohih Muslim

oleh imam An-Nawawi jilid 15/16

cetakan Darul Makrifah.




3. Kitab Fadahailul Auqat

oleh Abi Bakar bin Al-Husin Al-Baihaqi

di kaji oleh Adnan Abdul Rahman Majid Al-Qaisi

cetakan Maktabah Al-Manarah

Makah Mukarramah.


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...