Nasihat Spiritual
Syekh Abdul Qadir Al-Jilani
Jangan sekutukan
al-Haqq ‘Azza wa Jalla dalam
hal pengaturan hidup dan ilmu-Nya
dengan hawa nafsu dan tabiat kalian.
Bertakwalah selalu pada-Nya dalam
diri kalian dan dalam diri selain kalian.
Seorang saleh menuturkan,
“Turutilah al-Haqq ‘Azza wa Jalla
dalam (berinteraksi dengan) makhluk
dan jangan turuti mereka dalam
(berinteraksi dengan)-Nya.
Hancurlah orang yang (layak) hancur
dan baiklah orang yang (layak) baik. Belajarlah menuruti al-Haqq ‘Azza wa Jalla
dengan hamba-hamba-Nya
yang saleh lagi penurut. "
Ilmu diciptakan untuk diamalkan,
bukan sekadar untuk dihafal dan
disampaikan pada manusia.
Belajarlah, dan amalkan,
lalu ajarkan pada orang lain.
Jika engkau mengetahui, lalu mengamalkan,
maka ilmu akan berbicara (mewakili)mu,
meskipun engkau diam.
Banyaklah berbicara dengan lisan amal
daripada dengan lisan ilmu.
Seorang saleh menuturkan,
“Barangsiapa
yang tidak bermanfaat
bagimu memarahinya, maka
tidak ada manfaat bagimu menasihatinya.”
Orang yang mengamalkan ilmunya,
maka ilmunya akan bermanfaat
bagi dirinya dan bagi orang lain.
Allah ‘Azza wa Jalla membuatku bicara dengan apa yang dikehendaki-Nya menurut kadar ahwal hudlur(kondisi presensi)ku. Jika tidak, tentu akan muncul permusuhan antara aku dan kalian. Kehormatanku bagi kalian telah tertukar, dan aku tak memiliki sesuatupun. Jika saja aku memiliki sesuatu, pastilah aku tidak akan menghalangi kalian dari (mendapatkannya). Tidak ada apa-apa di antara aku dan kalian selain nasihat. Aku menasihati kalian hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla, bukan demi kepentinganku. Turutilah takdir, jika tidak maka ia yang akan mengoyakmu. Berjalanlah bersama takdir dan turutilah ikhtiarnya, jika tidak, maka ia yang akan menggorokmu. Mintalah berkah di hadapan-Nya, hingga Dia berkenan mengasihimu dan menempatkanmu di belakang-Nya.
Pada awalnya,
kaum (Sufi) bekerja.
Mereka mencari duniawi menurut
kadar kebutuhan dengan legalitas syara’,
hingga ketika struktur tubuh mereka
mulai melemah, dan tak mampu bekerja lagi,
serta sudah tiba waktu untuk
tawakal, maka Allah menutup hati
mereka dan membelenggu anggota
badan mereka. Bagian-bagian duniawi
mereka datang dan tersedia
berkecukupan dengan sendirinya
pada mereka tanpa harus
berlelah-lelah (bekerja),
bahkan di Akhirat, setiap muqarrabin
(orang yang dekat dengan Allah)
akan mendapatkan kenikmatan-kenikmatan
Surga tanpa keinginan mereka, namun
mereka hanya menurut pada
al-Haqq ‘Azza wa Jalla
dalam hal ini, sebagaimana mereka
menuruti-Nya dalam hal mendapatkan
bagian-bagian rezeki mereka saat di dunia.
Allah memenuhi bagian-bagian (rezeki) mereka
di dunia dan Akhirat, kerana
Dia bukanlah pezalim hamba-hamba-Nya.
Wahai pemuda!
Sebesar himmah (cita) yang engkau miliki,
sebesar itu pula engkau diberi.
Menjauhlah dari segala hal selain
al-Haqq ‘Azza wa Jalla dengan
segenap hatimu, hingga engkau
dekat dengan-Nya. Matilah dari (diri)mu
dan dari makhluk (manusia), sebab
ketika hijab antara engkau dan Tuhanmu
‘Azza wa Jalla diangkat kelak,
Dia akan bertanya,
“Bagaimana engkau meninggal?”
Matilah dari menuruti hawa nafsu,
tabiat, kebiasaan, dan dari menuruti
manusia dan sarana-sarana mereka.
Pesimislah pada mereka.
Tinggalkan syirik
(menyekutukan Allah) dengan mereka.
Matilah pula dari meminta sesuatu
selain al-Haqq ‘Azza wa Jalla.
Dedikasikanlah amalan-amalanmu
demi meraih Wajah Allah ‘Azza wa Jalla
semata, bukan demi mencari nikmat-nikmat-Nya.
Redhalah menerima pengaturan,
qadha dan perbuatan-perbuatan-Nya.
Jika engkau lakukan ini,
maka engkau telah mati dari dirimu
dan engkau akan hidup (kembali) kerananya.
Hatimu menjelma menjadi tempat tinggalmu.
Dia membolak-balikkannya sedemikian rupa
menurut kehendak-Nya, hingga
hati tersebut berada dalam
Ka’bah kedekatan-Nya, dan
bergantung di satir-satir Ka’bah seraya
mengingat-Nya dan
melupakan selain-Nya.
Kunci Syurga adalah ikrar,
“La ilaaha illa Allah Muhammad Rasulullah,”
sekarang (di dunia) dan esok (di Akhirat)
yang termanifestasi dalam kefanaan
(kebinasaan)mu dari dirimu, dari selain-Mu,
dan dari segala selain-Nya dengan
tetap menjaga aturan-aturan syara’.
Kedekatan dengan al-Haqq ‘Azza wa Jalla
adalah Syurga bagi kaum (Sufi),
sementara kejauhan mereka dari-Nya
adalah Neraka mereka.
Mereka tidak mengharap apa-apa
selain hanya Syurga ini dan tidak takut
pula akan apapun selain pada Neraka ini,
bahkan Neraka malah meminta tolong
pada orang Mukmin dan lari
menghindar darinya. Bagaimana juga
ia tidak lari menghindar dari
para pencinta dan ikhlas.
Betapa indah keadaan
seorang mukmin di dunia dan Akhirat.
Di dunia, ia tidak memperdulikan
kondisi hidupnya setelah ia tahu bahwa
Tuhannya ‘Azza wa Jalla sudah
redha menerimanya. Maka di mana pun ia
menjejak, di situlah ia memungut bagiannya
dan redha menerimanya. Ke mana pun ia
menghadap, dilihatnya cahaya Allah
menerang di hadapannya hingga
tidak ada kegelapan baginya.
Semua isyaratnya hanya mengarah pada-Nya.
Semua sandarannya hanya menempel pada-Nya,
dan semua tawakal dan serah dirinya
hanya tersimpuh pada-Nya.
Hati-hatilah,
jangan sampai kalian menyakiti
seorang Mukmin, sebab ia akan
menjadi racun di tubuh
si penyiksa itu sendiri.
Juga akan menjadi sebab kefakiran
dan penyiksaannya.
Hai orang yang tak
mengenal Allah dan kaum khawwashsh-Nya!
Jangan pernah engkau cicipi rasa
menggunjing mereka, sebab itu
adalah racun yang mematikan.
Jangan! Jangan! Sekali lagi
jangan berbuat buruk pada mereka,
sebab mereka bisa menyerang (balik).
Hai orang munafik!
Ragu kemunafikan telah menempel
di hatimu serta telah menguasai
lahir dan batinmu. Fungsikanlah tauhid
dan keikhlasan dalam segala kondisi,
nescaya engkau akan sembuh dan
hilang lumpuhmu. Betapa sering kalian
langgar batasan-batasan syara’.
Kalian koyakkan sendiri tameng-tameng
ketakwaan kalian. Kalian kotori
baju tauhid kalian.
Kalian padamkan cahaya iman kalian,
dan kalian rutuk kebencian pada Allah
dalam segala perilaku dan kondisi kalian.
Ketika salah seorang dari kalian bahagia
(berbuat kebajikan) dan berbuat ketaatan,
maka ketaatannya masih saja diselubungi ujub dan riya’,
serta bertendensi untuk mendapatkan pujian.
Jika kalian memang ingin menyembah Allah,
maka menyepilah dari manusia.
Sebab penyaksian mereka atas pelaksanaan
amal rentan membatalkan
amalan tersebut.
Nabi SAW. bersabda:
“Beruzlahlah,
sesungguhnya uzlah adalah ibadah
dan ia juga adalah kebiasaan
orang-orang saleh
sebelum kamu sekalian.”
Berimanlah! Yakinlah!
Kemudian lebur dan mewujudlah
(hanya) bersama Allah, jangan
dengan dirimu atau orang selainmu,
dengan tetap menjaga batasan-batasan
(syara’) dan mencari keredhaan Rasul SAW.
serta redha (Kitab) yang dibaca,
disimak, dan dilantunkan.
Tidak ada kemuliaan bagi orang
yang mengatakan selain ini.
Apa yang terkandung dalam
mushaf-mushaf dan lembaran-lembaran ini
adalah Kalam Allah ‘Azza wa Jalla,
satu sisi dengan kuasa tangan-Nya
dan sisi lain dengan tangan kita.
Senantiasalah bersama
Allah ‘Azza wa Jalla,
menyendiri menuju-Nya dan
bergantung pada-Nya. Sesungguhnya Dia
akan mencukupi keperluanmu
di dunia dan Akhirat, menjagamu
saat hidup dan matimu, dan
lebur menyatu denganmu
dalam segala kondisi.
Pilih-lah hitam dari putih!
Berkhidmatlah melayani-Nya hingga
Dia melayanimu, menggandeng tangan hatimu, menghentikannya di hadapan Tuhannya
‘Azza wa Jalla dengan cara memberi
bulu pada kedua sayap hatimu
hingga ia bisa terbang menuju
Tuhannya ‘Azza wa Jalla.
Hai orang yang memakai
baju bulu domba
(shuf—pakaian khas ala Sufi),
pakaikanlah baju itu pada nuranimu,
lalu hatimu, kemudian nafsumu,
dan terakhir baru pada badanmu.
Zuhud berawal dari sana,
bukan dari lahir ke batin.
Manakala nurani sudah suci,
maka kesucian itu akan merembet
menuju hati, nafsu, anggota badan,
juga pada makanan dan pakaian,
serta merembet pula pada
seluruh kondisimu. Hal pertama
yang harus dibangun adalah
bagian di dalam rumah,
baru jika telah sempurna pembangunannya
dilanjutkan pembangunan pintu.
Tidak akan ada lahir
jika tak ada batin.
Tidak akan ada makhluk
ciptaan jika tak ada Pencipta.
Tidak akan ada pintu jika tak ada rumah.
Demikian pula tidak ada tembok
pada reruntuhan rumah.
Hai (pencari) dunia
tanpa Akhirat dan
pencinta makhluk tanpa Pencipta!
Semua yang engkau miliki
sekarang ini tidak akan berguna
apa-apa bagimu di Hari Kiamat kelak,
bahkan malah akan memberi
mudarat padamu. Komoditas barang
yang engkau miliki tidak akan laku
di pasar Akhirat, kerqna perbuatan riya’,
kemunafikan, dan kemaksiatan.
Betulkan Islam(mu) dulu, baru ambil!
Islam diderivasikan dari istislam,
bererti penyerahan diri.
Jika engkau serahkan urusan Allah
pada Allah ‘Azza wa Jalla, maka
pasrahkan dan sandarkan dirimu
hanya pada-Nya, dan lupakan
daya serta usahamu.
Alokasikan apa saja yang engkau
miliki dari harta duniawi untuk
kepentingan mentaati-Nya.
Kerjakan ketaatan, lalu pasrahkam ia
pada-Nya dan lupakanlah.
Semua amalanmu hanyalah
kelapa kosong tanpa isi,
kerana setiap amalan tanpa disertai
keikhlasan adalah kulit tanpa isi,
kayu gelondongan, jasad tanpa ruh,
bentuk luar tanpa substansi
dan ini adalah amal
orang-orang munafik.
Wahai pemuda!
Seluruh makhluk hanyalah alat (media)
dan Allah ‘Azza wa Jalla yang
menciptakan dan menjalankannya.
Barangsiapa yang berpandangan demikian,
maka ia telah terbebas dari kongkongan
alat dan dapat melihat siapa
yang mengoperasikannya. Terpaku bersama
makhluk adalah pederitaan, kesusahan,
dan kedukaan. Sementara berdiri
bersama al-Haqq ‘Azza wa Jalla
adalah kebahagiaan, kenyamanan,
dan kenikmatan.
Hai orang-orang yang terputus
dari jalan (tarekat), hai orang yang
dipermainkan oleh setan-setan jin dan manusia,
dan hai penyembah hawa nafsu dan tabiat,
engkau telah terputus dari kesungguhan
orang-orang terdahulu. Tidak ada tali
nasab yang menghubungkanmu dengan mereka,
lalu engkau pun puas menerima pendapatmu
sendiri dan tidak mencari seorag guru
yang dapat
mengajari dan mengarahkanmu!
Celakalah!
Mengapa engkau membisu saja.
Memohonlah (ber-istigasah) pada
al-Haqq ‘Azza wa Jalla.
Kembalilah pada-Nya dengan penyesalan
dan permohonan maaf, hingga
Dia (berkenan) meloloskanmu dari
tangan-tangan musuhmu serta menyelamatkanmu
dari palung samudera kebinasaanmu,
fikirkanlah akibat dari
apa yang engkau perbuat,
maka dengan mudah
engkau akan dapat meninggalkannya.
Engkau berteduh di bawah pohon kelalaian.
Keluarlah dari rimbunannya, nescaya
engkau dapat melihat sinar matahari dan
mengetahui jalan.
Pohon kelalaian berkembang subur
dengan siraman air kebodohan.
Pohon kesedaran dan makrifat berkembang
dengan siraman air piker.
Sementara itu, pohon taubat
tumbuh subur dengan siraman air penyesalan,
dan pohon muhabbah tumbuh dengan
siraman air muwafaqqah.
Wahai pemuda!
Engkau memiliki beberapa
cela permisif saat engkau anak-anak,
remaja, hingga sekarang. Usiamu telah
mendekati 40 tahun, atau bahkan lebih,
namun tetap saja engkau bermain
dengan permainan anak-anak.
Hati-hatilah bergaul dengan
orang-orang bodoh dan orang yang
berkhalwat dengan isteri dan anak-anak.
Temanilah para Syekh yang ahli takwa.
Hindarilah pemuda-pemuda bodoh.
Bangunlah sejenak dari tidurmu.
Jadilah laksana doktor
bagi setiap orang yang datang padamu.
Jadilah layaknya bapa yang penyayang
terhadap anak-anaknya.
Perbanyaklah ketaatan pada
Allah ‘Azza wa Jalla, sebab
ketaatan pada-Nya adalah
zikir mengingati-Nya.
Nabi SAW. bersabda:
“Barangsiapa yang mentaati
Allah ‘Azza wa Jalla, maka ia
telah benar-benar mengingati-Nya,
meskipun sedikit solat, puasa,
dan bacaan al-qurannya.
Barangsiapa yang bermaksiat mendurhakai-Nya,
maka ia telah benar-benar melupakan-Nya,
meskipun banyak solat,
puasa, dan bacaan al-qurannya.”
Seorang Mukmin yang mentaati Tuhannya,
menuruti (ketentuan-Nya) dan sabar bersama-Nya
selalu berdiri (bersama Allah) pada
setiap kebahagiaannya, biacara, makan,
pakaian, dan segala tingkah lakunya.
Sementara orang munafik tidak mempedulikan
hal-hal ini dalam segala kondisinya.
Wahai pemuda!
Renungkan urusanmu dan lawanlah nafsumu
dalam setiap hal yang bukan urusanmu.
Engkau bukanlah sosok jujur (shadiq),
pembenar (shiddiq), penurut, peredha, dan arif.
Engkau hanya mengaku-ngaku makrifat dengan
Allah ‘Azza wa Jalla. Cuba,
(kalau memang benar) katakan padaku,
apa tanda-tanda makrifat mengenal-Nya.
Tak terlihat di hatimu hikmah
dan cahaya-cahaya.
Apa juga tanda wali-wali
kekasih Allah dan kaum abdal (pengganti)
para nabi-Nya. Engkau fikir orang
yang mengklaim sesuatu akan diterima
begitu saja tanpa diminta bukti.
Juga dinarnya tidak ditimbang
di atas timbangan. Termasuk sifat-sifat
orang arif yang mengenal Allah ‘Azza wa Jalla
adalah bersabar menghadapi cubaan-petaka
dan redha menerima ketentuan-ketentuan
qadha dan qadar Allah dalam segala keadaan,
pada dirinya, keluarganya,
dan seluruh manusia.
Wahai pemuda!
Cinta (pada) al-Haqq ‘Azza wa Jalla dan
cinta (pada) selain-Nya tidak akan
pernah bisa berkumpul dalam
satu hati.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Allah sekali-kali tidak menjadikan
bagi seseorang dua buah hati
dalam rongganya”
(Q.S. 33:4).
Dunia dan Akhirat tidak akan menyatu.
Juga Sang Maha Pencipta dan makhluk ciptaan. Tinggalkanlah barang-barang yang fana (rosak),
hingga engkau mendapatkan satu barang yang
tidak akan rosak-binasa.
Berusahalah dengan segenap nyawa
dan hartamu, hingga engkau dapatkan Syurga.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Sesungguhnya Allah telah membeli
dari orang-orang Mukmin, diri dan
harta mereka dengan memberikan
Syurga untuk mereka”
(Q.S. 9:11).
Selanjutnya, berusahalah dengan
segenap hatimu untuk berzuhud menjauhi
segala selain-Nya, hingga engkau dapatkan
kedekatan bersama-Nya dan pendampingan-Nya
di dunia dan Akhirat.
Hai pencinta al-Haqq ‘Azza wa Jalla!
Berputarlah bersama takdir-Nya
ke mana pun ia berputar.
Bersihkanlah hatimu yang akan menjadi
lokus kedekatan al-Haqq ‘Azza wa Jalla.
Sapulah ia dari segala selain-Nya.
Duduklah di pintu-Nya dengan pedang tauhid,
ikhlas, dan jujur (shidq) dan jangan (sekali-kali)
engkau membukanya untuk siapa pun
selain-Nya. Jangan sibukkan satu sudut hatimu
pun dengan selain-Nya.
Hai orang-orang yang suka bermain!
Aku tak memiliki permainan apa-apa.
Hai kulit! Aku tak mempunyai apa-apa selain isi.
Aku memiliki keikhlasan tanpa kemunafikan
kejujuran tanpa kebohongan. Allah hanya
menginginkan ketakwaan dan keikhlasan
dari hati kalian tanpa memperhatikan
lahir amal kalian.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Daging-daging unta dan darahnya itu
sekali-kali tidak dapat mencapai
(keredhaan) Allah, tetapi ketakwaan
dari kamulah yang dapat mencapainya”
(Q.S. 22:37).
Wahai anak Adam! Semua yang ada di dunia dan Akhirat diciptakan untukmu. Lalu mana rasa syukur kalian? Mana juga ketakwaan dan isyarat, serta khidmat layanan kalian pada-Nya? Jangan berlelah-lelah melaksanakan yang tanpa ruh (substansi), dan ruh setiap amal adalah ikhlas.
Sumber : Buku “Renungan Sufi Syekh Abdul Qadir Al-Jilani” (Hal:
366-373)
-Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faydl ar-Rahmani
Tiada ulasan:
Catat Ulasan