Jauh sepeninggalan Nabi Musa AS,
Bani Israil semakin jauh dari tuntutan
yang diajar oleh Nabi Musa AS.
Mereka bergelumang dalam
kemaksiatan dan kekafiran.
Lalu Allah SWT
telah menguasakan ke atas diri mereka
orang-orang yang zalim dan bengis
tidak berperikemanusiaan.
Kisah ini disebutkan dalam sebuah hadis
sebagai kisah pemuda dan raja,
atau kisah ghulam.
Ia juga diceritakan secara ringkas
di dalam al-Quran di dalam Surah Al-Buruj.
Ibnu Abbas mengatakan bahawa
kisah ini berlaku 70 tahun
sebelum kedatangan
Nabi Muhammad SAW.
Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya,
pada Kitab Az-Zuhd war Raqa`iq,
bab Qishshah Ashhabil Ukhdud (no. 3005),
dari Shuhaib bin Sinan RA,
bahawa Rasulullah SAW
bersabda (yang ertinya):
Pada zaman dahulu,
sebelum masa kamu semua
ada seorang raja,
dia mempunyai seorang tukang sihir.
Ketika tukang sihir ini sudah semakin tua,
dia berkata kepada raja tersebut:
"Aku sudah tua,
carikan untukku seorang pemuda remaja
yang akan saya ajarkannya ilmu sihir."
Maka raja itupun
mencari seorang pemuda
untuk diajarkan ilmu sihir.
Untuk pemuda itu,
di jalan yang dilaluinya
(menuju tukang sihir setiap hari) itu
ada seorang rahib (ahli ibadah).
Lalu dia duduk di majlis rahib tersebut,
mendengarkan ajarannya dan ternyata
huraian tersebut menakjubkannya.
Akhirnya,
setiap kali dia mendatangi tukang sihir itu,
dia singgah di majlis si rahib dan duduk di sana.
Kemudian,
setelah dia menemui tukang sihir itu,
dia dipukul oleh tukang sihir tersebut
(kerana sampai lewat).
Pemuda itupun mengadukan
keadaannya kepada si rahib.
Kata si rahib:
Kalau engkau takut kepada si tukang sihir,
katakan kepadanya:
‘Aku ditahan oleh keluargaku.’
Dan jika engkau takut kepada keluargamu,
katakan kepada mereka:
‘Aku ditahan oleh tukang sihir itu’.
Ketika dia dalam keadaan demikian,
datanglah seekor binatang besar
yang menghalang laluan orang ramai.
Pemuda itu berkata:
"Hari ini saya akan tahu,
tukang sihir itu yang lebih utama atau si rahib."
Diapun mengambil seketul batu dan berkata:
"Ya Allah,
kalau ajaran si rahib itu
lebih Engkau cintai daripada ajaran tukang sihir itu,
maka bunuhlah binatang ini
agar manusia dapat melalui (jalan ini)."
Lalu pemuda itu melemparkan batunya
hingga membunuh binatang itu.
Akhirnya orang ramai dapat melalui
semula jalan
(yang terhadang itu).
Kemudian pemuda itu
menemui si rahib dan menceritakan apa yang berlaku.
Si rahib berkata kepadanya:
"Wahai anakku,
hari ini engkau lebih baik daripadaku.
Kedudukanmu sudah sampai
pada tahap yang aku lihat ketika ini.
Sesungguhnya engkau tentu akan menerima ujian.
Maka apabila engkau ditimpa satu ujian,
janganlah engkau menceritakan tentang diriku."
Pemuda itupun akhirnya
(dengan ilmu dan izin Allah SWT)
mampu mengubati orang yang dilahirkan
dalam keadaan buta, sopak (belang) dan
mengubati orang ramai dari pelbagai penyakit.
Berita ini sampai ke telinga
seorang pembesar raja
yang buta matanya.
Diapun menemui pemuda itu
dengan membawa hadiah yang banyak
lalu berkata:
"Semua hadiah yang ada di sini
adalah untuk engkau,
saya kumpulkan,
kalau engkau dapat menyembuhkan saya
(dari kebutaan ini)."
Anak muda itu menjawab:Pembesar raja itupun beriman
"Sesungguhnya,
saya tidak dapat menyembuhkan sesiapapun.
Tetapi yang menyembuhkan itu adalah
Allah SWT.
Kalau engkau beriman kepada Allah SWT,
saya doakan kepada Allah SWT,
tentu Dia
menyembuhkan engkau."
kepada Allah SWT, lalu Allah SWT
menyembuhkannya.
Kemudian dia menemui sang raja
dan duduk bersamanya seperti biasa.
Raja itu berkata kepadanya:
"Siapakah yang mengembalikan semula matamu?"
Dia menjawab:
"Rabbku."
Raja itu bertanya semula (dengan marah):
"Apa kamu punya tuhan selain aku?"
Orang itu berkata:
"Rabbku dan Rabbmu adalah Allah SWT."
Raja itupun menangkapnya dan menyiksanya
tanpa henti sehingga dia
menunjukkan si pemuda tadi.
Akhirnya si pemuda ditangkap dan dibawa
ke hadapan raja tersebut.
Raja itu berkata:
"Wahai anakku,
telah sampai kepadaku kehebatan sihirmu
yang dapat menyembuhkan buta,
sopak dan kamu berbuat ini serta itu."
Pemuda itu berkata:
"Sesungguhnya saya tidak dapat
menyembuhkan sesiapapun.
Tapi yang menyembuhkan itu
adalah Allah SWT."
Raja itu menangkapnya dan terus menerus
menyiksanya sehingga dia memberitahu
tentang si rahib.
Akhirnya si rahib ditangkap dan dihadapkan
kepada raja dan dipaksa:
"Keluarlah dari agamamu!."
Si rahib menolak.
Raja itu minta dibawakan sebuah gergaji,
lalu diletakkan di atas kepala
si rahib dan mulailah kepala itu
digergaji hingga terbelah dua.
Kemudian diseret pula
pembesar raja tersebut,
dan dipaksa pula untuk
kembali murtad dari keyakinannya.
Tapi dia menolak.
Akhirnya
kepalanya digergaji juga
hingga terbelah dua.
Kemudian pemuda itu
dihadapkan kepada raja dan diapun dipaksa:
"Keluarlah kamu dari keyakinanmu."
Pemuda itu menolak.
Akhirnya raja itu
memanggil para perajuritnya:
"Bawa dia ke gunung ini dan itu,
dan naiklah.
Apabila kamu sudah sampai di puncak,
kalau dia mahu beriman (bawa dia pulang).
Kalau dia tidak mahu,
lemparkan dia dari atas."
Merekapun membawa pemuda itu
ke gunung yang ditunjuk.
Si pemuda pun berdoa:
"Ya Allah,
lepaskan aku dari mereka
dengan apa yang Engkau kehendaki."
Seketika gunung itu
bergetar dan merekapun terpelanting jatuh.
Pemuda itu datang berjalan kaki
menemui sang raja.
Raja itu berkata:
"Apa yang dilakukan para pengawalmu itu?"
Kata si pemuda:
"Allah SWT menyelamatkanku dari mereka."
Kemudian raja itu
menyerahkan si pemuda
kepada beberapa perajurit lain lalu berkata:
"Bawa dia dengan kapal ke tengah laut.
Kalau dia mahu keluar dari keyakinannya,
(bawa dia pulang),
kalau tidak lemparkan dia ke laut."
Merekapun membawanya ke tengah laut.
Si pemuda berdoa lagi:
"Ya Allah,
lepaskan aku dari mereka
dengan apa yang Engkau kehendaki."
Perahu itu karam dan mereka pun tenggelam.
Sedangkan si pemuda berjalan dengan tenang
menemui sang raja.
Raja itu berkata:
"Apa yang dilakukan para pengawalmu itu?"
Kata si pemuda:
"Allah SWT menyelamatkanku dari mereka."
Pemuda itu meneruskan lagi:
"Sesungguhnya engkau tidak akan dapat
membunuhku sehingga engkau melakukan
apa yang kuperintahkan."
Sang raja bertanya:
"Apa itu?"
Kata si pemuda:
"Kau kumpulkan seluruh manusia di satu tempat,
kau salib aku di sebatang pohon dan ambil
sebatang panah dari bekas panahku
kemudian letakkan pada sebuah busur
lalu ucapkanlah:
‘Bismillah Rabbil ghulam’
(Dengan nama Allah, Rabb si pemuda)
dan tembaklah aku dengan panah tersebut.
Kalau engkau melakukannya
nescaya engkau akan dapat membunuhku.”
Raja itupun mengumpulkan
seluruh manusia di satu tempat
dan menyalib si pemuda, kemudian
mengeluarkan anak panah dari
kantung si pemuda lalu meletakkannya
pada sebuah busur dan berkata:
"Bismillahi Rabbil ghulam",
kemudian dia melepaskan panah itu
dan tepat mengenai pelipis si pemuda.
Darah meluncur laju dan si pemuda
segera meletakkan tangannya di pelipisnya
dan diapun mati syahid.
Serta merta orang ramai yang melihatnya
segera berkata:
"Kami beriman kepada Rabb si pemuda.
Kami beriman kepada Rabb si pemuda.
Kami beriman kepada Rabb si pemuda."
Raja itupun didatangi
pengikutnya dan diceritakan kepadanya:
"Apakah anda sudah melihat,
apa yang anda khuatirkan
demi Allah sudah terjadi.
Orang ramai sudah beriman (kepada Allah)."
Lalu raja itu memerintahkan
agar digali parit-parit besar
dan dinyalakan api di dalamnya.
Raja itu berkata:
"Siapa yang tidak mahu keluar dari keyakinannya,
bakarlah hidup-hidup dalam parit itu
(campakkan ke dalamnya)."
Merekapun melakukannya,
sampai akhirnya diseret
seorang wanita
yang sedang mengendong bayinya.
Wanita itu berundur
(melihat api yang bernyala-nyala)
khuatir terjatuh ke dalamnya
(kerana sayang kepada bayinya).
Tapi bayi itu berkata kepada ibunya:
"Wahai ibunda, bersabarlah,
kerana sesungguhnya
engkau di atas al-haq."
Allah SWT
menceritakan kisah ini juga
dalam Kitab-Nya yang mulia dalam
Surat Al-Buruj:
قُتِلَ أَصْحَابُ اْلأُخْدُودِ. النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ. إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ.
وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ.
وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلاَّ أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ.
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ.
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
yang mempunyai gugusan bintang,
dan hari yang dijanjikan,
dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.
Binasa dan terlaknatlah
orang-orang yang membuat parit.
Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,
ketika mereka duduk di sekitarnya,
sedang mereka menyaksikan
apa yang mereka perbuat
terhadap orang-orang yang beriman.
Dan mereka tidak menyiksa
orang-orang mukmin itu
melainkan kerana
orang-orang mukmin itu
beriman kepada
Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,
Yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan
segala sesuatu.
Sesungguhnya orang-orang
yang mendatangkan cubaan
kepada orang-orang yang mukmin
laki-laki dan perempuan
kemudian mereka tidak bertaubat,
maka bagi mereka
azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka)
yang membakar.”
[Al-Buruj: 1-10]
Itulah kisah yang Allah SWT
ceritakan dalam Kitab-Nya yang mulia
agar menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang datang selepas mereka.
~~~~~~Pengajaran~~~~~~
Beberapa faedah dari kisah ini,
di samping apa yang telah
dihuraikan sebelumnya ialah:
lebih mudah untuk menangkap pelajaran dan memahami.
Inilah alasan tukang sihir itu
memilih remaja daripada yang sudah tua.
Demikianlah yang dituntut oleh para ulama kita,
hingga sebahagian mereka mengatakan:
"Belajar di waktu muda bagai mengukir di atas batu,
dan belajar di waktu tua bagai mengukir di atas air."
2. Kemenangan dakwah bukan hanya
diukur dari banyaknya orang yang mengikut da’ie
di saat dia masih hidup.
Boleh jadi setelah dia meninggal dunia,
orang ramai mulai menyedari kebenaran
yang disampaikannya.
3. Termasuk sebuah kemenangan adalah
ketika seorang mukmin lebih memilih api
yang membakar dirinya daripada
hilangnya keimanan yang ada dalam dada.
Inilah yang terlihat dari seorang wanita
yang lemah dengan bayinya yang masih dalam buaian.
Wanita itu merasa hiba kalau anaknya ikut terbakar,
tapi Allah SWT
jadikan anak bayi itu mampu berkata-kata
menasihati ibunya agar tetap kukuh
di atas keimanannya.
4. Sifat Rahmat Allah SWT,
di saat begitu hebatnya kekejaman orang-orang kafir
terhadap orang-orang yang beriman,
di mana mereka dengan tanpa perikemanusiaan
membakar hidup-hidup orang ramai
yang menyatakan diri mereka beriman,
Allah SWT masih memberikan kesempatan
bagi orang-orang kafir itu
untuk bertaubat.
5. Ayat ini merupakan salah satu
dari sekian hiburan (tasliyah) bagi
umat Nabi Muhammad SAW,
yang Al-Quran ini turun di tengah-tengah mereka,
bahawasanya kepahitan dan penderitaan
yang mereka alami bukanlah sesuatu yang baru.
Kekejaman dan penindasan
terhadap kaum mukminin
sudah terjadi di masa-masa
para Nabi dan Rasul sebelum
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu
akan masuk surga,
padahal belum datang kepadamu (cubaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu?
Mereka ditimpa oleh malapetaka
dan kesengsaraan, serta digoncangkan
(dengan bermacam-macam cubaan)
sehingga berkatalah
Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya:
‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’
Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
[Al-Baqarah: 214]
6. Di antara buah keimanan yang
jujur dan kukuh
ialah jauh dari sifat tertipu dengan
keadaan diri sendiri.
Perhatikanlah ucapan si pemuda remaja itu.
Bukan dia yang menyembuhkan
penyakit atau kebutaan,
tapi Allah SWT yang
menyembuhkan dan mengembalikan
kebutaan seseorang.
Tidak selayaknya orang yang berilmu
menisbahkan nikmat Allah SWT
yang dirasakannya kepada diri mereka sendiri.
Seolah-olah semua yang diperolehnya
adalah kerana
kepintaran dan kecekapannya.
7. Allah SWT mengabulkan doa
orang yang sedang tersepit dalam kesulitan
jika dia berdoa kepada-Nya.
Maka apabila seorang yang sedang dalam kesulitan,
pohonlah sesuatu kepada Allah SWT
dengan penuh keyakinan,
pasti Allah SWT
mengabulkan permintaannya.
8. Di samping sebagai hiburan bagi kaum mukminin,
ayat ini juga merupakan
ancaman dan peringatan
bagi orang-orang musyrik dan kafir
di manapun mereka berada.
Allah Maha menyaksikan
apa yang mereka perbuat
terhadap orang-orang yang beriman.
Kalau Allah SWT tidak membalas
perbuatan mereka itu di dunia ini,
maka sesungguhnya
balasan yang setimpal
akan mereka dapatkan di akhirat,
di saat mereka akhirnya
merasakan panasnya jahannam dan siksaan
yang membakar,
sebagaimana yang dahulu
mereka lakukan terhadap kaum mukminin di dunia.
Oleh sebab itu,
hendaklah orang-orang
yang mengaku dirinya beriman
bersabar dengan kesempitan dan kepahitan
yang mereka alami di dunia ini.
Wallahua'lam
salam ziarah!
BalasPadamterima kasih atas perkongsian ilmu.