Khamis, 3 Disember 2009

Cerita Motivasi (i)


Tetaplah Redha Sekalipun Harus Menggenggam Bara Api

Seorang lelaki dari kalangan Bani Abs pergi mencari sejumlah ternak untanya yang hilang. Tiga hari lamanya sehingga harus tidak pulang mencari ke mana-mana. Padahal dia seorang yang kaya yang memiliki segalanya. Harta dan keluarganya berada di sebuah rumah yang mewah berdekatan aliran air di daerah Bani Abs. Mereka hidup selesa, aman, dan tenang. Tidak pernah terfikir oleh mereka bahawa sebuah bencana boleh saja menimpa mereka, musibah boleh saja mengancam mereka.



Hai orang yang tidur lelap di permukaan malam

dengan hati yang senang

sesungguhnya bencana boleh jadi datang di penghujungnya.



Pada suatu malam, semua keluarrganya tidur lelap, baik yang dewasa mahupun kecil, sedang harta mereka berada bersama mereka di tempat yang datar, sementara bapa mereka tiada, mencari barang yang hilang. Pada saat itulah Allah mengirimkan air bah yang menerjang bukit-bukit seperti debu. Dan itu terjadi di akhir malam. Semuanya hanyut, rumah-rumah mereka hanyut dibawa arus yang deras, harta mereka musnah, dan semua anggota keluarganya ikut dibawa air. Kini semuanya hanya tinggal bekas, seakan-akan mereka tidak pernah ada. Yang ada hanyalah tinggal cerita dari mulut ke mulut.

Setelah tiga hari mencari, si baba ini kembali ke lembah tempat tinggalnya. Tetapi dia tidak merasakan kehadiran orang, tidak terdengar suara, tidak ada kehidupan, tidak ada bicara, dan tidak ada keceriaan. Tempat itu datar sama sekali. Ya Allah, sungguh sebuah bencana yang sangat berat, tak ada lagi isteri, tak ada lagi anak-anak, tak ada lagi unta, tak ada lagi kambing, tak ada lembu, tak ada dirham, tak ada dinar, dan tak ada pakaian. Tak ada apa-apa. Sungguh sebuah bencana yang menghancurkan.

Selanjutnya, musibah tambahan lain menerpa. Seekor unta jantannya terlepas. Dikejarnya unta itu. Ketika itu sudah hampir tertangkap. Unta itu menendang wajah si bapa yang membuatnya buta. Si bapa pun berteria-teriak dengan harapan ada orang yang akan membawanya ke tempat yang dapat dia jadikan tempat berteduh. Selang beberapa hari kemudian, suara itu terdengar oleh seorang Arab Badui. Dihampirinya bapa itu dan dituntunnya. Kemudian si bapa buta ini dibawa menghadap Al-Walid Bin Abdul Malik, khalifah di Damsyik. Si bapa itupun menceritakan kejadian seluruhnya. Kata Al-Walid: " Lalu, bagaimana sikapmu? " Jawab si bapa itu: " Saya redha kepada Allah S.W.T. "

Sebuah kalimah yang sangat agung, yang diucapkan oleh seorang muslim yang di dalam hatinya terdapat tauhid. Ia menjadi bukti bagi orang-orang yang bertanya, nasihat bagi orang-orang yang mencari nasihat, dan pelajaran bagi orang-orang yang mahu mengambil pelajaran.

Kepada orang yang tidak redha dan tidak menerima keputusan Dzat yang menentukan, terserah, bila mampu maka carilah lorong ke dalam tanah, atau tangga menuju ke langit jika mampu.


Maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah memikirkan lebih dahulu apakah tipudaya itu dapat melenyapkan apa yang menyakiti hatinya. (Al-Hajj:15)

RENUNGAN

Ali Bin Syibl telah mengatakan dalam bait-bait syair gubahannya seperti berikut :

Jika dirimu dilanda kesusahan
bisikkanlah harapan yang menjanjikan kepadanya
maka dengan janji itu dirimu akan menjdai senang.
Perisailah dirimu dengan harapan
agar tidak putus asa
hingga kecemasanmu lenyap di makan waktu.
Tutupilah kesedihan dari teman-temanmu
kerana diantara teman-temanmu
ada orang yang dengki
dan senang dengan penderitaan orang lain.
Buanglah fikiran yang buruk terhadap segala sesuatu
kerana hal ini akan membuat yang bersangkutan
mati sebelum waktunya.
Kecemasan itu tidak selamanya
mengongkong seseorang
sebagaimana kegembiraan pun
tidak selamnya menghiasinya.
Andaikata jiwa ini tidak pernah menyalahi akal
nescaya terasa tidak jernih kehidupan ini
bagi orang-orang yang berwaspada.

***** Sedutan Cerita Dari Buku Karangan Dr 'Aidh bin 'Abdullah Al-Qarni*****
***** Siri Penyejuk Hati *****

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Terima kasih kerana sudi bertukar fikiran dan memberi pendapat.