Ketahuilah bahawa bersikap sabar adalah lebih baik
daripada menahan kemarahan. Menahan kemarahan itu
boleh dikatakan sebagai suatu perbuatan berpura-pura sabar,
iaitu memaksa diri untuk menjadi sabar, padahal sebenarnya dia tidak sabar.
Orang-orang yang menyabarkan hatinya ini
tentunya masih perlu untuk menahan kemarahan sebab
perkara ini tidak akan diperlukan kecuali bagi orang
yang sudah terlanjur meluap-luap kemarahan dalam hatinya itu.
Mereka ini tentunya memerlukan kesungguhan
dalam menahan kemarahan dan ini pasti dirasakan terlalu berat.
Tetapi dalam jangka masa yang panjang perkara ini akan
menjadi kebiasaan, sehingga perasaan marahnya itu
tidak lagi berkobar-kobar. Sekalipun sudah terlanjur marah,
untuk memadamkannya bukan lagi suatu perkara
yang sukar dan payah.
Seseorang yang sudah memiliki kebiasaan sebagaimana
di atas itulah yang boleh dikatakan bersifat sabar
dan inilah yang merupakan tanda kesempurnaan akal.
Ia berakal sempurna sebab ternyata sudah dapat menundukkan
serta mematahkan kekuatan sifat marahnya yang
dikawal oleh otak yang sihat.
Memang pada permulaannya perkara ini dirasakan
amat pahit dan merupakan satu paksaan yang lama kelamaan
akan mejadi satu kebiasaan. Dalam sebuah hadis ada
disebutkan yang bermaksud :
" Bahawasanya
ilmu pengetahuan itu
dapat diperoleh dengan belajar
dan hilm diperolehi dengan sabar. "
( Diriwayatkan oleh Thabrani dan Daruquthni )
Hadis di atas menjelaskan bahawa belajar bersabar
adalah merupakan jalan memperolehi sifat kesabaran.
Ini adalah merupakan permulaannya dan kemudian diusahakan
dengan bersungguh-sungguh dan memaksa diri.
Perkara ini tidak ada bezanya dengan keadaan orang
yang ingin mendapatkan ilmu iaitu haruslah
melalui jalan belajar.
Diriwayatkan pula
sabda Rasulullah s.a.w yang diriwayatkan oleh Thabrani :
" Sesungguhnya
seorang muslim itu pasti
dapat memperolehi darjat seorang
yang berpuasa (siang hanya), serta
mendirikan ibadat (pada malam harinya)
dengan sifat hilmnya. "
Hassan r.a dalam mengupas firman ALLAH SWT yang berbunyi :
Ertinya :
" Dan hamba-hamba (Allah)
Ar-Rahman (yang diredhaiNya),
ialah mereka yang berjalan
di bumi dengan sopan santun,
dan apabila orang-orang
yang berkelakuan kurang adab,
hadapkan kata-kata kepada mereka,
mereka menjawab
dengna perkataan selamat dan perkara
yang tidak diingini . "
( Surah Al-Furqan :63 )
Ia berkata : " Orang-orang itu adalah
para ahli hilm atau para penyantun.
Jika mereka dianggap bodoh oleh orang-orang
yang bodoh dan dikata-kata dengan ucapan-ucapan
yang tidak senonoh, tidaklah mereka
membalas untuk mengucapkan seperti itu. "
Dalam mengulas firman ALLAH SWT yang berbunyi ;
Ertinya :
" Dan mereka
(yang diredhai ALLAH itu ialah orang-orang)
yang tidak menghadiri tempat-tempat melakukan
perkara-perkara yang dilarang dan
apabila mereka bertembung dengan
sesuatu yang sia-sia, mereka melaluinya
dengan cara membersihkan
diri daripadanya . "
( Surah Al-Furqan : 72 )
Mujahid mengatakan :
" Inilah sifat orang-orang
yang penyantun dan penyabar
yakni jika disakiti, mereka memaafkan. "
Jadi, cakap kosong itu ditafsirkan dengan
suatu ucapan yang tidak bermanfaat dan kadang-kadang
menusuk perasaan.
Ali r.a berkata :
" Bukanlah suatu kebaikkan jika
yang banyak itu hanyalah anak-anak
dan hartamu sahaja, tetapi yang sebenarnya
kebaikkan ialah apabila
banyak ilmu pengetahuanmu,
besar kesabaranmu
dan engkau sangat penyantun.
Hendaklah pula engkau
jangan merasa bangga dengan
banyaknya beribadat kepada ALLAH SWT.
Jika engkau berbuat kebaikkan,
pujilah serta bersyukur kepada Nya. "
Aktsam berkata :
" Inti dari kejernihan akal fikiran ialah
adanya sifat penyantun, sedangkan landasan
dari semua perkara ialah kesabaran."
Muawiyah berkata :
" Seseorang belum dapat mencapai puncak
dari kebaikkan, sehingga hilmnya itu dapat
mengalahkan sikap bodohnya dan sabarnya
itu dapat menakluki syahwat keinginan nafsunya.
Semua ini tidak dapat diperolehi melainkan
dengan kekuatan ilmu pengetahuan. "
Pernah pula dia berkata kepada Amr bin Ahtam :
" Orang manakah yang dianggap sebagai manusia
yang paling berani? "Ia menjawab :
" Iaitu orang yang sikap bodohnya dapat
ditolak oeh sikap penyantunnya. "
Ditanya pula :
" Siapakah yang paling pemurah ? "
Ia menjawab :
" Iaitu orang yang membelanjakan hartanya
untuk kemaslahatan agamanya . "
Sekali waktu Mu'awiah berkata kepada Arabah :
" Bagaimanakah engkau dapat menguasai bangsamu ?"
Ia menjawab :
" Saya selalu bersikap penyantun kepada mereka
yang bodoh, saya sentiasa memberi kepada
yang meminta dan saya selalu
bekerja untuk menolong apa-apa yang
menjadi keperluan mereka .
Maka dari itu, barangsiapa yang mengerjakan
sebagaimana yang aku kerjakan, dia adalah
sedarjat denganku, barangsiapa yang dapat
mengerjakan lebih dari itu, dia pun tentulah
lebih utama dan lebih mulia daripadaku, sedangkan
barangsiapa yang kurang perhatiannya tentang itu
daripadaku, maka jelaslah aku lebih mulia daripadanya. "
Dalam mengupas firman ALLAH SWT yang berbunyi :
" Dan tidaklah sama (kesannya dan hukumnya)
perbuatan yang baik dan perbuatan yang jahat.
Tolaklah (kejahatan yang ditujukan kepadamu)
dengan cara yang lebih baik;
apabila engkau berlaku demikian maka
orang yang menaruh rasa permusuhan terhadapmu,
dengan serta merta akan menjadi
seolah-olah seorang sahabat karib. "
" Dan sifat yang terpuji ini
tidak dapat diterima dan diamalkan
melainkan oleh orang-orang yang bersikap sabar,
dan tidak juga dapat diterima dan diamalkan
melainkan oleh orang yang mempunyai bahagian
yang besar dari kebahagiaan dunia dan akhirat."
( Surah Fussilat : 34 - 35 )
Sumber :
Intipati Ihya' Ulumuddin
Pengajaran Bagi Orang-orang Mukmin
Imam Ghazali
daripada menahan kemarahan. Menahan kemarahan itu
boleh dikatakan sebagai suatu perbuatan berpura-pura sabar,
iaitu memaksa diri untuk menjadi sabar, padahal sebenarnya dia tidak sabar.
Orang-orang yang menyabarkan hatinya ini
tentunya masih perlu untuk menahan kemarahan sebab
perkara ini tidak akan diperlukan kecuali bagi orang
yang sudah terlanjur meluap-luap kemarahan dalam hatinya itu.
Mereka ini tentunya memerlukan kesungguhan
dalam menahan kemarahan dan ini pasti dirasakan terlalu berat.
Tetapi dalam jangka masa yang panjang perkara ini akan
menjadi kebiasaan, sehingga perasaan marahnya itu
tidak lagi berkobar-kobar. Sekalipun sudah terlanjur marah,
untuk memadamkannya bukan lagi suatu perkara
yang sukar dan payah.
Seseorang yang sudah memiliki kebiasaan sebagaimana
di atas itulah yang boleh dikatakan bersifat sabar
dan inilah yang merupakan tanda kesempurnaan akal.
Ia berakal sempurna sebab ternyata sudah dapat menundukkan
serta mematahkan kekuatan sifat marahnya yang
dikawal oleh otak yang sihat.
Memang pada permulaannya perkara ini dirasakan
amat pahit dan merupakan satu paksaan yang lama kelamaan
akan mejadi satu kebiasaan. Dalam sebuah hadis ada
disebutkan yang bermaksud :
" Bahawasanya
ilmu pengetahuan itu
dapat diperoleh dengan belajar
dan hilm diperolehi dengan sabar. "
( Diriwayatkan oleh Thabrani dan Daruquthni )
Hadis di atas menjelaskan bahawa belajar bersabar
adalah merupakan jalan memperolehi sifat kesabaran.
Ini adalah merupakan permulaannya dan kemudian diusahakan
dengan bersungguh-sungguh dan memaksa diri.
Perkara ini tidak ada bezanya dengan keadaan orang
yang ingin mendapatkan ilmu iaitu haruslah
melalui jalan belajar.
Diriwayatkan pula
sabda Rasulullah s.a.w yang diriwayatkan oleh Thabrani :
" Sesungguhnya
seorang muslim itu pasti
dapat memperolehi darjat seorang
yang berpuasa (siang hanya), serta
mendirikan ibadat (pada malam harinya)
dengan sifat hilmnya. "
Hassan r.a dalam mengupas firman ALLAH SWT yang berbunyi :
Ertinya :
" Dan hamba-hamba (Allah)
Ar-Rahman (yang diredhaiNya),
ialah mereka yang berjalan
di bumi dengan sopan santun,
dan apabila orang-orang
yang berkelakuan kurang adab,
hadapkan kata-kata kepada mereka,
mereka menjawab
dengna perkataan selamat dan perkara
yang tidak diingini . "
( Surah Al-Furqan :63 )
Ia berkata : " Orang-orang itu adalah
para ahli hilm atau para penyantun.
Jika mereka dianggap bodoh oleh orang-orang
yang bodoh dan dikata-kata dengan ucapan-ucapan
yang tidak senonoh, tidaklah mereka
membalas untuk mengucapkan seperti itu. "
Dalam mengulas firman ALLAH SWT yang berbunyi ;
Ertinya :
" Dan mereka
(yang diredhai ALLAH itu ialah orang-orang)
yang tidak menghadiri tempat-tempat melakukan
perkara-perkara yang dilarang dan
apabila mereka bertembung dengan
sesuatu yang sia-sia, mereka melaluinya
dengan cara membersihkan
diri daripadanya . "
( Surah Al-Furqan : 72 )
Mujahid mengatakan :
" Inilah sifat orang-orang
yang penyantun dan penyabar
yakni jika disakiti, mereka memaafkan. "
Jadi, cakap kosong itu ditafsirkan dengan
suatu ucapan yang tidak bermanfaat dan kadang-kadang
menusuk perasaan.
Ali r.a berkata :
" Bukanlah suatu kebaikkan jika
yang banyak itu hanyalah anak-anak
dan hartamu sahaja, tetapi yang sebenarnya
kebaikkan ialah apabila
banyak ilmu pengetahuanmu,
besar kesabaranmu
dan engkau sangat penyantun.
Hendaklah pula engkau
jangan merasa bangga dengan
banyaknya beribadat kepada ALLAH SWT.
Jika engkau berbuat kebaikkan,
pujilah serta bersyukur kepada Nya. "
Aktsam berkata :
" Inti dari kejernihan akal fikiran ialah
adanya sifat penyantun, sedangkan landasan
dari semua perkara ialah kesabaran."
Muawiyah berkata :
" Seseorang belum dapat mencapai puncak
dari kebaikkan, sehingga hilmnya itu dapat
mengalahkan sikap bodohnya dan sabarnya
itu dapat menakluki syahwat keinginan nafsunya.
Semua ini tidak dapat diperolehi melainkan
dengan kekuatan ilmu pengetahuan. "
Pernah pula dia berkata kepada Amr bin Ahtam :
" Orang manakah yang dianggap sebagai manusia
yang paling berani? "Ia menjawab :
" Iaitu orang yang sikap bodohnya dapat
ditolak oeh sikap penyantunnya. "
Ditanya pula :
" Siapakah yang paling pemurah ? "
Ia menjawab :
" Iaitu orang yang membelanjakan hartanya
untuk kemaslahatan agamanya . "
Sekali waktu Mu'awiah berkata kepada Arabah :
" Bagaimanakah engkau dapat menguasai bangsamu ?"
Ia menjawab :
" Saya selalu bersikap penyantun kepada mereka
yang bodoh, saya sentiasa memberi kepada
yang meminta dan saya selalu
bekerja untuk menolong apa-apa yang
menjadi keperluan mereka .
Maka dari itu, barangsiapa yang mengerjakan
sebagaimana yang aku kerjakan, dia adalah
sedarjat denganku, barangsiapa yang dapat
mengerjakan lebih dari itu, dia pun tentulah
lebih utama dan lebih mulia daripadaku, sedangkan
barangsiapa yang kurang perhatiannya tentang itu
daripadaku, maka jelaslah aku lebih mulia daripadanya. "
Dalam mengupas firman ALLAH SWT yang berbunyi :
" Dan tidaklah sama (kesannya dan hukumnya)
perbuatan yang baik dan perbuatan yang jahat.
Tolaklah (kejahatan yang ditujukan kepadamu)
dengan cara yang lebih baik;
apabila engkau berlaku demikian maka
orang yang menaruh rasa permusuhan terhadapmu,
dengan serta merta akan menjadi
seolah-olah seorang sahabat karib. "
" Dan sifat yang terpuji ini
tidak dapat diterima dan diamalkan
melainkan oleh orang-orang yang bersikap sabar,
dan tidak juga dapat diterima dan diamalkan
melainkan oleh orang yang mempunyai bahagian
yang besar dari kebahagiaan dunia dan akhirat."
( Surah Fussilat : 34 - 35 )
sambung.......
meneruskan pembacaan..
Anas Bin Malik berkata :
" Orang yang sedemikian ini ialah orang yang
dimaki-maki oleh saudaranya, tetapi dengan sabar
dia berkata : " Jika saudara yang salah dan dusta
dalam ucapan-ucapanmu, maka semogalah
ALLAH SWT mengampunimu, tetapi
jika kata-katamu itu tidak benar, semoga ALLAH SWT
mengampuni aku. "
Ali Bin Husain r.a pada suatu ketika
dimaki oleh seseorang, lalu orang yang memaki itu dilempari
sehelai baju yang sedang dipakainya sebagai hadiah dan
disedekahkan dengan harta sebanyak seribu dirham.
Kemudian orang yang melihat peristiwa itu lalu berkata :
" Orang yang budiman (Ali Bin Husain) itu telah mengumpulkan
lima perkara dalam satu perbuatan yang semuanya itu merupakan
akhlak-akhlak yang baik, iaitu :
1) Menunjukkan sifat hilmnya.
2) Menghilangkan sakit hati orang lain.
3) melepaskan orang itu daripada sesuatu
yang menjauhkan dirinya dari ALLAH SWT.
4) Menyebabkan orang tersebut menyesal
dan bertaubat daripada perbuatannya.
5) Dia akan memujinya setelah habis-habisan mencelanya.
Semua itu dibeli dengan harga yang murah sekali
dari harta dunia ini. "
meneruskan pembacaan..
Anas Bin Malik berkata :
" Orang yang sedemikian ini ialah orang yang
dimaki-maki oleh saudaranya, tetapi dengan sabar
dia berkata : " Jika saudara yang salah dan dusta
dalam ucapan-ucapanmu, maka semogalah
ALLAH SWT mengampunimu, tetapi
jika kata-katamu itu tidak benar, semoga ALLAH SWT
mengampuni aku. "
Ali Bin Husain r.a pada suatu ketika
dimaki oleh seseorang, lalu orang yang memaki itu dilempari
sehelai baju yang sedang dipakainya sebagai hadiah dan
disedekahkan dengan harta sebanyak seribu dirham.
Kemudian orang yang melihat peristiwa itu lalu berkata :
" Orang yang budiman (Ali Bin Husain) itu telah mengumpulkan
lima perkara dalam satu perbuatan yang semuanya itu merupakan
akhlak-akhlak yang baik, iaitu :
1) Menunjukkan sifat hilmnya.
2) Menghilangkan sakit hati orang lain.
3) melepaskan orang itu daripada sesuatu
yang menjauhkan dirinya dari ALLAH SWT.
4) Menyebabkan orang tersebut menyesal
dan bertaubat daripada perbuatannya.
5) Dia akan memujinya setelah habis-habisan mencelanya.
Semua itu dibeli dengan harga yang murah sekali
dari harta dunia ini. "
Sumber :
Intipati Ihya' Ulumuddin
Pengajaran Bagi Orang-orang Mukmin
Imam Ghazali
Tiada ulasan:
Catat Ulasan
Terima kasih kerana sudi bertukar fikiran dan memberi pendapat.