Khamis, 9 Jun 2011

Meminta ampun dan taubat dengan ISTIGHFAR






Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud:


"Sesiapa yang membaca:




Maksudnya:

Aku minta ampun daripada Allah yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain daripadaNya, yang hidup dan yang menguruskan makhlukNya dan aku bertaubat kepadaNya.



nescaya
Allah ampunkan dosanya
sekalipun dia telah lari
dari medan peperangan”.




Sabda Rasulullah S.A.W
yang bermaksud:





Demi Allah,
sesungguhnya aku
meminta ampun

dan bertaubat kepadaNya
setiap hari

lebih dari 70 kali.



Sabdanya yang bermaksud:




Wahai manusia,
Bertaubatlah kamu
kepada Allah!
Sesungguhnya Aku
bertaubat kepadaNya
setiap hari 100 kali.







Sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud:


Waktu yang paling hampir
antara Allah dengan hambanya
ialah pada akhir malam.
Kalau kamu mampu
untuk berzikir kepada Allah
pada waktu itu
hendaklah kamu lakukan.



Sabdanya yang bermaksud:



Keadaan yang paling hampir
antara seorang hamba dengan Tuhannya ialah sewaktu dia sujud.
Maka perbanyakkan doa pada waktu itu.



Keutamaan ISTIGHFAR




Dari Al Aghor Al Muzani Radhiyallahu ‘anhu,

bahwa Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam bersabda:



“Bahwasanya terkadang timbul perasaan yang kurang baik dalam hati dan aku membaca istighfar (mohon ampun) kepada Allah seratus kali dalam sehari”.

(HR. Muslim)




Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

Saya mendengar Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam bersabda:

“Demi Allah, sesungguhnya aku mohon ampun dan bertaubat kepada Allah lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari”.

(HR. Bukhari)





Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,

bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi

wasallam bersabda:



“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, seandainya kalian tidak berbuat dosa, nescaya Allah akan menghilangkan kalian dari muka bumi dan Allah akan mendatangkan suatu kaum lain yang berbuat dosa, lalu beristighfar (memohon ampun) kepada Allah Ta’ala. Dan Allah mengampuni mereka”.

(HR. Muslim)





Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

“Kami menghitung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam

membaca :

“Robbighfirlii watub ‘alaiyya innaka antat tawwaaburrohiim” (Ya Tuhan, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang) ..sebanyak seratus kali dalam satu majlis”.

(HR. Abu Dawud & At Tirmidzi)





Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhuma,

bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa membiasakan beristighfar, maka Allah melapangkan kesempitannya dan memudahkan segala kesulitannya dan memberi rezeki kepadanya dari arah yang tiada disangka-sangka”.

(HR. Abu Dawud)





Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu,

bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang berdoa: “Astaghfirullaahalladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilaihi” (Saya mohon ampun kepada Allah Dzat yang tidak ada sesembahan yang benar melainkan Dia yang Maha Hidup, lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya dan saya bertaubat kepada-Nya), maka diampunilah dosa-dosanya walaupun lari dari perang”.

(HR. Abu Dawud, At Tirmidzi & Al Hakim, Berkata Al Imam An Nawawi: hadits ini shahih berdasarkan syarat Al Bukhari & Muslim)





Penjelasan Syaikh Muhammad Bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah berkenaan dengan riwayat-riwayat di atas:


Berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam, sebagaimana yang diriwayatkan Al Aghor Al Muzani Radhiyallahu ‘anhu:

(“Bahwasanya terkadang timbul perasaan yang kurang baik dalam hati”) yakni sesuatu yang membuat kalut pikiran dan perasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam (“dan aku membaca istighfar (mohon ampun) kepada Allah seratus kali dalam sehari”) kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam mengucapkan istighfar (astaghfirullah) dalam sehari sebanyak seratus kali.



Perhatikan perangai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam diatas, padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengampuni dosa-dosa beliau Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam yang telah lalu dan yang akan datang, namun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam tetap beristighfar memohon ampun kepada Allah.



Maka bagaimana dengan kita?

Dimana kita memiliki hati yang keras, bahkan mati dan tidak terlintas rasa kurang baik dalam hati serta pikiran ketika melakukan dosa-dosa dan pelanggaran. Dan sungguh engkau akan dapati manusia sangat sedikit untuk menaruh perhatian dalam masalah ini. Oleh karena itu sudah semestinya bagi manusia meneladani perangai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam yang mulia, yakni dengan banyak beristighfar sebagaimana yang dinyatakan Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, “Kami menghitung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam membaca :




Robbighfirlii watub ‘alaiyya innaka antat tawwaaburrohiim” (Ya Tuhan, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang) ..sebanyak seratus kali dalam satu majlis”.

(HR. Abu Dawud & At Tirmidzi)






Demikian yang diamalkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam, dan itu merupakan suatu kenikmatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas hamba-Nya ketika si hamba terpedaya untuk berbuat dosa dan kemudian beristighfar memohon ampun kepada Allah.





“Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menghilangkan kalian dari muka bumi dan Allah akan mendatangkan suatu kaum lain yang berbuat dosa, lalu beristighfar (memohon ampun) kepada Allah Ta’ala. Dan Allah mengampuni mereka”.

(HR. Muslim)





Riwayat diatas memberikan motivasi bagi manusia, agar mau bersungguh-sungguh dalam beristighfar dan memperbanyaknya. Karena dengan sebab itu manusia dapat mencapai derajat orang-orang yang suka beristighfar kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Sebagaimana yang dinyatakan Abu Dawud dalam Sunan-nya:



“Barangsiapa membiasakan beristighfar, maka Allah melapangkan kesempitannya dan memudahkan segala kesulitannya dan memberi rezeki kepadanya dari arah yang tiada disangka-sangka”.




(Barangsiapa membiasakan beristighfar) yakni dalam keadaan terus-menerus beristighfar dan memperbanyaknya, maka akan menjadi sebab untuk melapangkan kesempitan dalam hidupnya dan memudahkan segala kesulitannya serta memberi rizki kepadanya dari arah yang tiada disangka-sangka.




Hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan Istighfar dan pujian serta motivasi bagi pelakunya sangatlah banyak. Maka wajib atasmu wahai saudaraku untuk memperbanyak istighfar. Yang paling banyak diucapkan:




Allahummaghghfirli (Ya Allah ampunilah aku), Allahummarhamni (Ya Allah rahmatilah aku), Astaghfirullaaha wa atuubu ‘ilaih (Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya) dan lafadz-lafadz yang semisalnya. Semoga pada hari kiamat kelak engkau berjumpa dengan Allah dalam keadaan dijawab permohonanmu, dan Allah mengampunimu.

Wallahul muwaffiq.





Syaikh Muhammad Bin Shalih Al 'Utsaimin Rahimahullaah


Syarh Riyadhus Shalihin, Hal. 559 - 560


Alih Bahasa : Fikri Abul Hasan


Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Terima kasih kerana sudi bertukar fikiran dan memberi pendapat.