Rabu, 10 April 2013


Nasihat Spiritual

 Syekh Abdul Qadir Al-Jilani



Jangan sekutukan  
al-Haqq ‘Azza wa Jalla dalam
 hal pengaturan hidup dan ilmu-Nya 
dengan hawa nafsu dan tabiat kalian.
 Bertakwalah selalu pada-Nya dalam
 diri kalian dan dalam diri selain kalian. 
Seorang saleh menuturkan, 


Turutilah al-Haqq ‘Azza wa Jalla
 dalam (berinteraksi dengan) makhluk
 dan jangan turuti mereka dalam 
(berinteraksi dengan)-Nya.
 Hancurlah orang yang (layak) hancur
 dan baiklah orang yang (layak) baik. Belajarlah menuruti al-Haqq ‘Azza wa Jalla 
dengan hamba-hamba-Nya 
yang saleh lagi penurut. "




Ilmu diciptakan untuk diamalkan, 
bukan sekadar untuk dihafal dan
 disampaikan pada manusia.
 Belajarlah, dan amalkan,
 lalu ajarkan pada orang lain. 
Jika engkau mengetahui, lalu mengamalkan,
 maka ilmu akan berbicara (mewakili)mu, 
meskipun engkau diam. 
Banyaklah berbicara dengan lisan amal 
daripada dengan lisan ilmu.
 Seorang saleh menuturkan,


 “Barangsiapa
 yang tidak bermanfaat 
bagimu memarahinya, maka 
tidak ada manfaat bagimu menasihatinya.” 



Orang yang mengamalkan ilmunya, 
maka ilmunya akan bermanfaat
 bagi dirinya dan bagi orang lain.
Allah ‘Azza wa Jalla membuatku bicara dengan apa yang dikehendaki-Nya menurut kadar ahwal hudlur(kondisi presensi)ku. Jika tidak, tentu akan muncul permusuhan antara aku dan kalian. Kehormatanku bagi kalian telah tertukar, dan aku tak memiliki sesuatupun. Jika saja aku memiliki sesuatu, pastilah aku tidak akan menghalangi kalian dari (mendapatkannya). Tidak ada apa-apa di antara aku dan kalian selain nasihat. Aku menasihati kalian hanya karena Allah ‘Azza wa Jalla, bukan demi kepentinganku. Turutilah takdir, jika tidak maka ia yang akan mengoyakmu. Berjalanlah bersama takdir dan turutilah ikhtiarnya, jika tidak, maka ia yang akan menggorokmu. Mintalah berkah di hadapan-Nya, hingga Dia berkenan mengasihimu dan menempatkanmu di belakang-Nya.





Pada awalnya,
 kaum (Sufi) bekerja. 
Mereka mencari duniawi menurut 
kadar kebutuhan dengan legalitas syara’, 
hingga ketika struktur tubuh mereka
 mulai melemah, dan tak mampu bekerja lagi, 
serta sudah tiba waktu untuk 
tawakal, maka Allah menutup hati
 mereka dan membelenggu anggota
 badan mereka. Bagian-bagian duniawi
 mereka datang dan tersedia 
berkecukupan dengan sendirinya
 pada mereka tanpa harus
 berlelah-lelah (bekerja), 
bahkan di Akhirat, setiap muqarrabin 
(orang yang dekat dengan Allah) 
akan mendapatkan kenikmatan-kenikmatan
 Surga tanpa keinginan mereka, namun 
mereka hanya menurut pada 
al-Haqq ‘Azza wa Jalla 
dalam hal ini, sebagaimana mereka
 menuruti-Nya dalam hal mendapatkan
 bagian-bagian rezeki mereka saat di dunia.
 Allah memenuhi bagian-bagian (rezeki) mereka 
di dunia dan Akhirat, kerana 
Dia bukanlah  pezalim hamba-hamba-Nya.




Wahai pemuda!
 Sebesar himmah (cita) yang engkau miliki,
 sebesar itu pula engkau diberi.
 Menjauhlah dari segala hal selain 
al-Haqq ‘Azza wa Jalla dengan 
segenap hatimu, hingga engkau 
dekat dengan-Nya. Matilah dari (diri)mu
 dan dari makhluk (manusia), sebab
 ketika hijab antara engkau dan Tuhanmu 
‘Azza wa Jalla diangkat kelak,
 Dia akan bertanya, 
Bagaimana engkau meninggal?” 
Matilah dari menuruti hawa nafsu,
 tabiat, kebiasaan, dan dari menuruti
 manusia dan sarana-sarana mereka.
 Pesimislah pada mereka. 




Tinggalkan syirik 
 (menyekutukan Allah) dengan mereka.
 Matilah pula dari meminta sesuatu
 selain al-Haqq ‘Azza wa Jalla
Dedikasikanlah amalan-amalanmu
 demi meraih Wajah Allah ‘Azza wa Jalla 
semata, bukan demi mencari nikmat-nikmat-Nya.
 Redhalah menerima pengaturan, 
qadha dan perbuatan-perbuatan-Nya. 
Jika engkau lakukan ini, 
maka engkau telah mati dari dirimu 
dan engkau akan hidup (kembali) kerananya.
 Hatimu menjelma menjadi tempat tinggalmu.
 Dia membolak-balikkannya sedemikian rupa 
menurut kehendak-Nya, hingga
 hati tersebut berada dalam
 Ka’bah kedekatan-Nya, dan 
bergantung di satir-satir Ka’bah seraya 
mengingat-Nya dan 
melupakan selain-Nya.





Kunci Syurga adalah ikrar, 
La ilaaha illa Allah Muhammad Rasulullah,” 
 sekarang (di dunia) dan esok (di Akhirat) 
yang termanifestasi dalam kefanaan
 (kebinasaan)mu dari dirimu, dari selain-Mu,
 dan dari segala selain-Nya dengan
 tetap menjaga aturan-aturan syara’. 
Kedekatan dengan al-Haqq ‘Azza wa Jalla 
adalah Syurga bagi kaum (Sufi),
 sementara kejauhan mereka dari-Nya
 adalah Neraka mereka. 
Mereka tidak mengharap apa-apa 
selain hanya Syurga ini dan tidak takut 
pula akan apapun selain pada Neraka ini, 
bahkan Neraka malah meminta tolong
 pada orang Mukmin dan lari 
menghindar darinya. Bagaimana juga 
ia tidak lari menghindar dari
 para pencinta dan ikhlas.





Betapa indah keadaan
 seorang mukmin di dunia dan Akhirat. 
Di dunia, ia tidak memperdulikan
 kondisi hidupnya setelah ia tahu bahwa 
Tuhannya ‘Azza wa Jalla sudah
 redha menerimanya. Maka di mana pun ia 
menjejak, di situlah ia memungut bagiannya
 dan redha menerimanya. Ke mana pun ia 
menghadap, dilihatnya cahaya Allah 
menerang di hadapannya hingga
 tidak ada kegelapan baginya. 
Semua isyaratnya hanya mengarah pada-Nya.
 Semua sandarannya hanya menempel pada-Nya,
 dan semua tawakal dan serah dirinya 
hanya tersimpuh pada-Nya.





Hati-hatilah, 
jangan sampai kalian menyakiti 
seorang Mukmin, sebab ia akan 
menjadi racun di tubuh
 si penyiksa itu sendiri. 
Juga akan menjadi sebab kefakiran
 dan penyiksaannya. 





Hai orang yang tak
 mengenal Allah dan kaum khawwashsh-Nya!
 Jangan pernah engkau cicipi rasa
 menggunjing mereka, sebab itu
 adalah racun yang mematikan. 
Jangan! Jangan! Sekali lagi
 jangan berbuat buruk pada mereka,
 sebab mereka bisa menyerang (balik).




Hai orang munafik! 
Ragu kemunafikan telah menempel 
di hatimu serta telah menguasai 
lahir dan batinmu. Fungsikanlah tauhid 
dan keikhlasan dalam segala kondisi, 
nescaya engkau akan sembuh dan
 hilang lumpuhmu. Betapa sering kalian 
langgar batasan-batasan syara’. 
Kalian koyakkan sendiri tameng-tameng 
ketakwaan kalian. Kalian kotori 
baju tauhid kalian. 
Kalian padamkan cahaya iman kalian, 
dan kalian rutuk kebencian pada Allah 
dalam segala perilaku dan kondisi kalian.
 Ketika salah seorang dari kalian bahagia
 (berbuat kebajikan) dan berbuat ketaatan,
 maka ketaatannya masih saja diselubungi ujub dan riya’, 
serta bertendensi untuk mendapatkan pujian.
 Jika kalian memang ingin menyembah Allah, 
maka menyepilah dari manusia. 
Sebab penyaksian mereka atas pelaksanaan
 amal rentan membatalkan 
amalan tersebut. 



Nabi SAW. bersabda:



Beruzlahlah, 
sesungguhnya uzlah adalah ibadah
 dan ia juga adalah kebiasaan 
orang-orang saleh
 sebelum kamu sekalian.”




Berimanlah! Yakinlah! 
Kemudian lebur dan mewujudlah
 (hanya) bersama Allah, jangan
 dengan dirimu atau orang selainmu, 
dengan tetap menjaga batasan-batasan
 (syara’) dan mencari keredhaan Rasul SAW. 
serta redha (Kitab) yang dibaca, 
disimak, dan dilantunkan. 
Tidak ada kemuliaan bagi orang 
yang mengatakan selain ini. 
Apa yang terkandung dalam 
mushaf-mushaf dan lembaran-lembaran ini
 adalah Kalam Allah ‘Azza wa Jalla
satu sisi dengan kuasa tangan-Nya
 dan sisi lain dengan tangan kita.




Senantiasalah bersama  
Allah ‘Azza wa Jalla
menyendiri menuju-Nya dan
 bergantung pada-Nya. Sesungguhnya Dia
 akan mencukupi keperluanmu
di dunia dan Akhirat, menjagamu 
saat hidup dan matimu, dan
 lebur menyatu denganmu
 dalam segala kondisi.
 Pilih-lah hitam dari putih! 
Berkhidmatlah melayani-Nya hingga
 Dia melayanimu, menggandeng tangan hatimu, menghentikannya di hadapan Tuhannya
 ‘Azza wa Jalla dengan cara memberi
 bulu pada kedua sayap hatimu 
hingga ia bisa terbang menuju 
Tuhannya ‘Azza wa Jalla.




Hai orang yang memakai 
baju bulu domba 
(shuf—pakaian khas ala Sufi), 
pakaikanlah baju itu pada nuranimu, 
lalu hatimu, kemudian nafsumu, 
dan terakhir baru pada badanmu. 
Zuhud berawal dari sana, 
bukan dari lahir ke batin.
 Manakala nurani sudah suci, 
maka kesucian itu akan merembet
 menuju hati, nafsu, anggota badan,
 juga pada makanan dan pakaian, 
serta merembet pula pada
 seluruh kondisimu. Hal pertama 
yang harus dibangun adalah 
bagian di dalam rumah, 
baru jika telah sempurna pembangunannya
 dilanjutkan pembangunan pintu. 
Tidak akan ada lahir
 jika tak ada batin. 
Tidak akan ada makhluk 
ciptaan jika tak ada Pencipta. 
Tidak akan ada pintu jika tak ada rumah.
 Demikian pula tidak ada tembok
 pada reruntuhan rumah.




Hai (pencari) dunia 
tanpa Akhirat dan
 pencinta makhluk tanpa Pencipta! 
Semua yang engkau miliki 
sekarang ini tidak akan berguna 
apa-apa bagimu di Hari Kiamat kelak,
 bahkan malah akan memberi
 mudarat padamu. Komoditas barang
 yang engkau miliki tidak akan laku 
di pasar Akhirat, kerqna perbuatan riya’, 
kemunafikan, dan kemaksiatan. 
Betulkan Islam(mu) dulu, baru ambil! 
Islam diderivasikan dari istislam
bererti penyerahan diri
Jika engkau serahkan urusan Allah
 pada Allah ‘Azza wa Jalla, maka 
pasrahkan dan sandarkan dirimu 
hanya pada-Nya, dan lupakan 
daya serta usahamu. 
Alokasikan apa saja yang engkau 
miliki dari harta duniawi untuk 
kepentingan mentaati-Nya.
 Kerjakan ketaatan, lalu pasrahkam ia
 pada-Nya dan lupakanlah.
 Semua amalanmu hanyalah 
kelapa kosong tanpa isi, 
kerana setiap amalan tanpa disertai
 keikhlasan adalah kulit tanpa isi, 
kayu gelondongan, jasad tanpa ruh, 
bentuk luar tanpa substansi 
dan ini adalah amal
 orang-orang munafik.




Wahai pemuda! 
Seluruh makhluk hanyalah alat (media)
 dan Allah ‘Azza wa Jalla yang 
menciptakan dan menjalankannya.
 Barangsiapa yang berpandangan demikian, 
maka ia telah terbebas dari kongkongan 
alat dan dapat melihat siapa
 yang mengoperasikannya. Terpaku bersama
 makhluk adalah pederitaan, kesusahan, 
dan kedukaan. Sementara berdiri 
bersama al-Haqq ‘Azza wa Jalla 
 adalah kebahagiaan, kenyamanan,
 dan kenikmatan.




Hai orang-orang yang terputus
 dari jalan (tarekat), hai orang yang 
dipermainkan oleh setan-setan jin dan manusia, 
dan hai penyembah hawa nafsu dan tabiat,
 engkau telah terputus dari kesungguhan
 orang-orang terdahulu. Tidak ada tali 
nasab yang menghubungkanmu dengan mereka, 
lalu engkau pun puas menerima pendapatmu 
sendiri dan tidak mencari seorag guru 
yang dapat 
mengajari dan mengarahkanmu!




Celakalah! 
Mengapa engkau membisu saja.
 Memohonlah (ber-istigasah) pada  
al-Haqq ‘Azza wa Jalla
Kembalilah pada-Nya dengan penyesalan 
dan permohonan maaf, hingga 
Dia (berkenan) meloloskanmu dari
 tangan-tangan musuhmu serta menyelamatkanmu
 dari palung samudera kebinasaanmu, 
fikirkanlah akibat dari 
apa yang engkau perbuat, 
maka dengan mudah
 engkau akan dapat meninggalkannya.
 Engkau berteduh di bawah pohon kelalaian.
 Keluarlah dari rimbunannya, nescaya
 engkau dapat melihat sinar matahari dan
 mengetahui jalan.
 Pohon kelalaian berkembang subur 
dengan siraman air kebodohan. 
Pohon kesedaran dan makrifat berkembang
 dengan siraman air piker. 
Sementara itu, pohon taubat 
tumbuh subur dengan siraman air penyesalan, 
dan pohon muhabbah tumbuh dengan
 siraman air muwafaqqah.




Wahai pemuda! 
Engkau memiliki beberapa
 cela permisif saat engkau anak-anak, 
remaja, hingga sekarang. Usiamu telah
 mendekati 40 tahun, atau bahkan lebih, 
namun tetap saja engkau bermain
 dengan permainan anak-anak. 
Hati-hatilah bergaul dengan 
orang-orang bodoh dan orang yang 
berkhalwat dengan isteri dan anak-anak. 
Temanilah para Syekh yang ahli takwa.
 Hindarilah pemuda-pemuda bodoh. 
Bangunlah sejenak dari tidurmu. 
Jadilah laksana doktor 
bagi setiap orang yang datang padamu. 
Jadilah layaknya bapa yang penyayang 
terhadap anak-anaknya. 
Perbanyaklah ketaatan pada 
Allah ‘Azza wa Jalla, sebab 
ketaatan pada-Nya adalah 
zikir mengingati-Nya.



 Nabi SAW. bersabda:


Barangsiapa yang mentaati 
Allah ‘Azza wa Jalla, maka ia 
telah benar-benar mengingati-Nya,
 meskipun sedikit solat, puasa, 
dan bacaan al-qurannya. 
Barangsiapa yang bermaksiat mendurhakai-Nya,
 maka ia telah benar-benar melupakan-Nya, 
meskipun banyak solat, 
puasa, dan bacaan al-qurannya.




Seorang Mukmin yang mentaati Tuhannya, 
menuruti (ketentuan-Nya) dan sabar bersama-Nya
selalu berdiri (bersama Allah) pada 
setiap kebahagiaannya, biacara, makan,
 pakaian, dan segala tingkah lakunya.
 Sementara orang munafik tidak mempedulikan
 hal-hal ini dalam segala kondisinya.




Wahai pemuda!
 Renungkan urusanmu dan lawanlah nafsumu
 dalam setiap hal yang bukan urusanmu.
 Engkau bukanlah sosok jujur (shadiq),
 pembenar (shiddiq), penurut, peredha, dan arif. 
Engkau hanya mengaku-ngaku makrifat dengan
 Allah ‘Azza wa Jalla. Cuba, 
(kalau memang benar) katakan padaku, 
apa tanda-tanda makrifat mengenal-Nya.
 Tak terlihat di hatimu hikmah 
dan cahaya-cahaya.





Apa juga tanda wali-wali 
kekasih Allah dan kaum abdal  (pengganti) 
para nabi-Nya. Engkau fikir orang
 yang mengklaim sesuatu akan diterima
 begitu saja tanpa diminta bukti.
 Juga dinarnya tidak ditimbang 
di atas timbangan. Termasuk sifat-sifat 
orang arif yang mengenal Allah ‘Azza wa Jalla 
 adalah bersabar menghadapi cubaan-petaka
 dan redha menerima ketentuan-ketentuan
 qadha dan qadar Allah dalam segala keadaan,
 pada dirinya, keluarganya,
 dan seluruh manusia.



Wahai pemuda! 
Cinta (pada) al-Haqq ‘Azza wa Jalla dan 
cinta (pada) selain-Nya tidak akan
 pernah bisa berkumpul dalam
 satu hati. 



Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:


Allah sekali-kali tidak menjadikan 
bagi seseorang dua buah hati 
dalam rongganya
 (Q.S. 33:4).



Dunia dan Akhirat tidak akan menyatu. 
Juga Sang Maha Pencipta dan makhluk ciptaan. Tinggalkanlah barang-barang yang fana (rosak),
 hingga engkau mendapatkan satu barang yang
 tidak akan rosak-binasa. 
Berusahalah dengan segenap nyawa
 dan hartamu, hingga engkau dapatkan Syurga. 


Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

 
Sesungguhnya Allah telah membeli 
dari orang-orang Mukmin, diri dan 
harta mereka dengan memberikan 
Syurga untuk mereka” 
(Q.S. 9:11).




Selanjutnya, berusahalah dengan 
segenap hatimu untuk berzuhud menjauhi
 segala selain-Nya, hingga engkau dapatkan 
kedekatan bersama-Nya dan pendampingan-Nya 
di dunia dan Akhirat.




Hai pencinta al-Haqq ‘Azza wa Jalla
Berputarlah bersama takdir-Nya 
ke mana pun ia berputar. 
Bersihkanlah hatimu yang akan menjadi
 lokus kedekatan al-Haqq ‘Azza wa Jalla
Sapulah ia dari segala selain-Nya.
 Duduklah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, 
ikhlas, dan jujur (shidq) dan jangan (sekali-kali)
 engkau membukanya untuk siapa pun
 selain-Nya. Jangan sibukkan satu sudut hatimu 
pun dengan selain-Nya.



Hai orang-orang yang suka bermain! 
Aku tak memiliki permainan apa-apa. 
Hai kulit! Aku tak mempunyai apa-apa selain isi.
 Aku memiliki keikhlasan tanpa kemunafikan
kejujuran tanpa kebohongan. Allah hanya 
menginginkan ketakwaan dan keikhlasan 
dari hati kalian tanpa memperhatikan
 lahir amal kalian. 



Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:


Daging-daging unta dan darahnya itu 
sekali-kali tidak dapat mencapai 
(keredhaan) Allah, tetapi ketakwaan 
dari kamulah yang dapat mencapainya
 (Q.S. 22:37).

Wahai anak Adam! Semua yang ada di dunia dan Akhirat diciptakan untukmu. Lalu mana rasa syukur kalian? Mana juga ketakwaan dan isyarat, serta khidmat layanan kalian pada-Nya? Jangan berlelah-lelah melaksanakan yang tanpa ruh (substansi), dan ruh setiap amal adalah ikhlas.


Sumber : Buku “Renungan Sufi  Syekh Abdul Qadir Al-Jilani”  (Hal: 366-373)
-Al-Fath ar-Rabbani wa al-Faydl ar-Rahmani


 Image

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

Terima kasih kerana sudi bertukar fikiran dan memberi pendapat.